Jumat, 18 Maret 2011

REFLEKS SPINAL PADA KATAK


HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Sistem saraf adalah suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel saraf atau neuron. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat yang meliputi otak dan batang spinal, dan sistem saraf perifer yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan trunkus simpatikus. Kedua sistem ini bekerja saling menunjang. Sistem saraf pusat berguna sebagai pusat koordinasi untuk aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan. Sedangkan sistem saraf perifer berfungsi memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon (Johnson, 1984).
Hasil percobaan refleks spinal pada katak setelah dilakukan perusakan otak menunjukan bahwa kaki katak dapat membalikan tubuhnya, kemudian jika kaki belakang dan kaki depan katak tersebut dipijat dengan pinset maka kakinya akan ditarik atau penanggapi respon, gerakan menarik kaki tersebut disebut reflek melarikan diri. Pemijatan lebih kuat pada kaki akan menyebabkan reflek menjalar ke kaki sebelah dan mungkin juga kaki depan. Gerak reflek juga terjadi ketika kaki katak tersebut dimasukan ke dalam larutan asam sulfat, gerak tersebut juga disebut reflek melarikan diri, kemudian terlihat pula gerakan menghapuskan asamnya yang disebut dengan reflek menghapuskan. Perusakkan ¼ dan ½ tulang belakang juga menghasilkan hasil yang positif, yaitu menunjukan kaki katak dapat membalikan tubuhnya, kemudian jika kaki belakang dan kaki depan katak tersebut dipijat dengan pinset maka kakinya akan ditarik kembali.pemijatan lebih kuat pada kaki katak juga akan menyebabakan refleks menjalar ke kaki sebelahnya dan mungkin juga kaki depan. Gerakan refleks terjadi ketika kaki katak tersebut dimasukan ke dalam larutan asam sulfat, gerak tersebut disebut gerak melarikan diri, kemudian terlihat gerakan menghapus asamnya.
Ketika kaki katak dicelupkan ke dalam larutan H2SO4, katak langsung menarik kakinya dan terlihat seperti melakukan gerakan menghapus larutan yang menempel di kaki, hal ini terjadi karena larutan H2SO4 memberikan rangsangan panas yang membakar kulit. Refleks yang diberikan katak saat perlakuan tersebut sesuai dengan pernyataan Ville et al. (1988), yaitu respon menarik kaki setelah dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 melibatkan sejumlah otot yang bekerja secara terpadu dan merupakan suatu refleks murni. Menurut Frandson (1992), katak akan menarik kakinya apabila diberi stimulus seperti masuknya rangsangan asam, misalnya H2SO4.
Perusakan ¾ bagian tulang belakang menunjukkan respon negatif pada gerakan membalikan tubuh, penarikan kaki belakang juga menunjukan hasil yang negatif sedangkan pada penarikan kaki depan dan pencelupan H2SO4 menunjukan respon positif. Pada perusakan seluruh tulang belakang menunjukan respon penarikan kaki belakang, sedangkan untuk gerakan membalikan tubuh, penarikan kaki depan dan pencelupan H2SO4 menunjukan respon yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa saraf-saraf yang berhubungan dengan saraf spinalis rusak semuanya sehingga tidak ada stimulus yang dapat direspon oleh katak. Menurut Pearce (1989), perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi. Menurut Trueb dan Duellman (1986), menyatakan bahwa perusakan ¼ dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk perusakan ½ dan ¾ sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah.
Refleks merupakan respon organ efektor atau kelenjar yang bersifat spontan atau otomatis. Menurut Walter dan Stayles (1990) yaitu refleks penarikan disebut juga respon, untuk melaksanakan hal tersebut terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut, stimulus dideteksi oleh reseptor kulit, hal ini mengawali implus-implus saraf pada neuron sensori yang berasal dari reseptor kulit menuju ke tali spinal melalui afektor. Implus ini memasuki tali spinal dan mengawali implus pada neuron motor yang sesuai dan bila impuls ini mencapai antara neuron motor dan otot maka dirangsang untuk kontraksi. Menurut Start dan Belmot (1991), refleks merupakan respon halus otomatis yang baku terhadap suatu rangsangan dan hanya tergantung pada hubungan anatomi dari hewan yang terlibat. Refleks yang divariasi telah ada sejak lahir, sedangkan refleks bersyarat diperoleh kemudian sebagai hasil dari pengalaman. Refleks merupakan sebagian kecil dari perilaku hewan tingkat tinggi, tetapi memegang peranan penting dalam perilaku hewan tingkat tinggi. Refleks biasanya menghasilkan respon jika bagian distal sumsum tulang belakang memiliki bagian yang lengkap dan mengisolasi ke bagian pusat yang lebih tinggi. Tetapi kekuatan dan jangka waktu menunjukan keadaan sifat involuntari yang meningkat bersama dengan waktu (Madhusoodanan, 2007).
Menurut Kimball (1988), rusaknya otak menyebabkan hubungan antara alat-alat vastibuler dengan sumsum tulang belakang hilang, sehingga katak tersebut tidak dapat membalikan tubuhnya ketika ditelentangkan, sedangkan refleks dari kaki depan dan belakang menunjukkan sistem saraf perifer yang mempengaruhi ekstrimitas masih bekerja. Reseptor menerima rangsang yang berupa rangsang mekanis (pijatan) lalu diubah menjadi potensial aksi, sehingga timbul respon. Demikian juga refleks kaki ketika dimasukan ke dalam H2SO4. Refleks pada eksterimitas dipengaruhi oleh sumsum tulang belakang dan bukan dari otak.
Menurut Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam sum-sum tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga berperan penting dalam memadukan gerak refleks. Mekanisme gerak refleks yaitu:
Stimulus reseptor neuro afferen



Respon efektor neuro medulla
efferent spinalis

Mekanisme gerak refleks pada katak menurut Storer (1970), yaitu:
1. Adanya reseptor rangsangan dari luar.
2. Induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang.
3. Adanya sinapsis.
4. Terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh efektor sebagai respon.
Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi intrasel ditengahi oleh impuls saraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung-gelembung berjalan yang berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot seringkali di mediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (Romer, 1986). Menurut Gordon (1979), menyatakan bahwa sistem saraf vertebrata memiliki peranan vital, yaitu :
1. Menerima stimulus dari lingkungan luar dan mengkoordinir respon.
2. Mengatur agar kerja semua sistem dalam tubuh dapat bekeja sesuai fungsinya
3. Tempat ingatan dan kecerdasan, pada vertebrata tingkat tinggi.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain :
1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus
Rangsangan dari luar contohnya adalah derivat dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal (Richard dan Gordan, 1989).
2. Berfungsinya sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988).




























KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Reflek spinal pada katak terjadi jika ada rangsangan baik berupa rangsangan mekanis maupun kimia.
2. Perusakan otak tidak mempengaruhi reflek spinal pada katak.
3. Kerja reflek spinal diatur oleh sumsum tulang belakang.

B. Saran

Untuk praktikum refleks spinal pada katak selanjutnya menyediakan larutan H2SO4 pada masing-masing kelompok.


































DAFTAR REFERENSI
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gordon, M. S. 1979. Animal Physiology. Mc Millan Publishing Co. Ltd, New York.

Johnson, D. R. 1984. Biology an Introduction. The Benjamin Cummings Publishing Co.Inc, New York.

Kimbal, J. W. 1988. Biologi II. Erlangga, Jakarta.

Madhusoodanan, M. G. P. 2007. Continence Issues in the Patient with Neurotrauma. Senior Consultant Surgery, Armed Forces Medical Services ‘M’ Block, Ministry of Defence, DHQ, New Delhi. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT) 2007, Vol. 4, No. 2, pp. 75-78.

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.

Richard, W.H dan Gordan. 1989. Animal Physiology. Harper-Collins Publisher. New York.

Romer. 1986. The Vertebrate Body. Saunders College Publishing, USA.

Start, C dan Belmont. 1991. Biology Concept and Aplication. California Publishing, California.

Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1970. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Trueb, L. A dan Duellman. 1986. Biology of Amphibians. Mc Graw Hill Company, New York.

Villee, C.A,W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1988. General Zoology. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Walter dan Stayles. 1990. Biology of the Vertebrates. The Mc Millan Company, New

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MySpace Layouts