I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amphibia berasal dari kata “amphi” artinya rangkap dan “bios” artinya hidup. Jadi amphibia berarti hewan yang hidup dalam dua fase kehidupan, yaitu dari kehidupan air menuju kehidupan darat. Kedua fase strukturnya menunjukkan bahwa amphibi merupakan kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan air. Hewan yang dapat hidup di dua habitat yang berbeda, pasti akan menjumpai dua kelompok musuh, di air dan di darat. Tetapi di waktu yang sama hewan ini juga memiliki dua kesempatan untuk melarikan diri, air dan darat.
Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di dalam perairan dalam, tetapi menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Sebagaimana halnya dengan jenis ikan, katak tidak mempunyai leher. Kulitnya lunak dan agak berlendir. Tidak mempunyai ekor, karena menghalang-halangi gerak meloncat.
Fungsi kulit pada katak yaitu untuk melindungi tubuh dari lingkungan luar dan sebagai alat pernafasan. Untuk terjadinya pernapasan melalui kulit, kulit katak dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir agar permukaan kulit selalu basah. Bentuk kelenjar kulit pada katak seperti piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melalui epidermis yang bermuara di permukaan kulit.
Katak sawah (Rana cancrivora) dipilih untuk mewakili kelas amphibia karena mudah didapat, ukuran besar, dan dapat menunjukkan banyak persamaan dalam bentuk dan fungsi dengan vertebrata tinggi termasuk manusia. Susunan tubuh mudah dipelajari, cara hidup sederhana, dan mudah dipelajari. Sebagian katak sawah hidup di sawah. Badan katak bisa tumbuh mencapai 10 cm, dan dapat dikenali dengan melihat bercak-bercak coklat pada punggung dari depan ke belakang. Daging yang berwarna putih akan tampak, jika kulit dibedah (Susanto, 1989).
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati anatomi tubuh katak sawah betina (Rana cancrivora ♀).
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang mula-mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva disebut berudu. Pada kedua fase ini struktur dan fungsinya menunujukkan sifat antara pisces dan reptilia serta menunjukkan bahwa amphibia merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya : kaki, paru-paru, nares (nostril), yang mempunyai hubungan dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi baik dalam air maupun di darat (Jasin, 1989).
Katak sawah (Rana cancrivora) termasuk ordo Anura. Dalam ordo ini, amphibi pandai melompat. Kepala dan tubuhnya bersatu, tidak mempunyai leher dan juga tidak mempunyai ekor. Katak tidak mempunyai ekor, karena menghalang-halangi gerak meloncat. Anggota gerak depan lebih pendek dan kecil dibandingkan yang belakang. Jari-jarinya hanya ada empat buah. Jari-jari anggota belakang ada lima buah. Anggota gerak bagian belakang ini jauh lebih besar dan panjang. Otot pahanya besar dan kuat untuk meloncat. Untuk memudahkan berenang, di antara jari-jari kaki belakang terdapat selaput renang. Fertilisasinya eksternal. Larva ( berudu) dengan ekor dan sirip-sirip median. Metamorfosis nyata dan mencolok. (Mahardono,1980).
Menurut Parker and Haswell (1951), kulit katak banyak mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang kutanea magna dari arteri kutanea. Dengan demikian, kulit katak memegang bagian penting dalam pernapasan.
Katak bernapas dengan bebagai cara. Misalnya dengan kulit tipis dan lembab juga dengan selaput mulutnya, sehingga katak sering tampak memompa udara ke mulut, dengan menggerakkan rahang bawah. Cara lain dengan paru-paru. Paru-parunya mirip suatu percabangan usus belaka. Bentuknya panjang, tipis, dan meruncing ke ujung. Karena dari lubang hidung ada saluran yang langsung ke rongga mulut, maka katak sawah (Rana cancrivora) tidak mempunyai farink, tetapi langsung ke laring (Mahardono, 1980).
Kaki depan pendek dan kaki belakang panjang berguna untuk melompat. Katak termasuk hewan poikilothermis, dimana suhu katak dipengaruhi oleh lingkungan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan poros usus. Panjang usus relatif pendek , hal ini bersesuaian dengan makanannya yaitu serangga (Tjitrosoepomo, 1974).
Hampir semua amphibia berkembangbiak dalam air. Sebagian besar bersifat ovipar, fertilisasi terjadi di luar dan telur berkembang menjadi larva yang dapat berdiri sendiri. Fertilisasi katak termasuk fertilisasi eksternal. Katak sawah betina memiliki tubuh yang lebih besar dari kodok jantan. Katak menghasilkan ribuan atau ratusan telur yang memenuhi sebagian besar rongga tubuh (Claude,1988).
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat–alat yang digunakan adalah bak preparat, gunting bedah, pinset, dan alat penunjuk preparat.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Katak Sawah (Rana cancrivora ♀), air kran, kloroform, formalin atau eter, dan tissue.
C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Katak yang masih hidup mula-mula dibius dengan kloroform atau dengan jarum penusuk.
2. Setelah mati lemas katak diletakkan dengan bagian dorsalnya pada bak preparat.
3. Pengguntingan dimulai dari medio-posterior ke arah anterior kemudian seluruh kulit ventral dilepaskan.
4. Selaput yang menahan organ dalam dengan dindimg tubuh sebelah dorsal (selaput meseterium) digunting dan dibiarkan melekat antara gastrum dan duodenum karena pada selaput ini melekat pankreas.
5. Katak yang telah dibedah diamati bagian-bagian organ dalamnya kemudian dicatat ,digambar, dan diberi keterangan.
B. Pembahasan
Klasifikasi Rana cancrivora menurut Radiopoetro (1988) adalah
Kimgdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Sub ordo : Diplasiocoela
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora
Pengamatan anatomi katak didapatkan hasil bahwa katak sawah (Rana cancrivora) termasuk dalam kelas amphibia dan ordo anura. Tubuh katak terbagi menjadi kepala (caput), badan (truncus), extrimitas anterior (kaki depan), extrimitas posterior (kaki belakang). Menurut Djuanda (1984), katak badannya lebar,mempunyai dua pasang anggota gerak. Anggota depan lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan yang belajkang, jari-jarimya hanya empat buah,sedangkan jari-jari anggota belakang ada lima buah. Anggota belakang lebih panjang dan memiliki otot paha yang besar dan kuat karena digunakan untuk meloncat. Untuk memudahkan berenang, diantara jari-jari bagian belakang terdapat selaput renang dan ujung bawah katak mempumyai lubang kloaka sebagai muara saluran pencernaan, saluran lemih dan saluran sperma.
Ciri-ciri umum dari katak sawah antara lain yaitu hidup di darat dan di air, kulitnya berlendir, tubuhnya terdiri atas caput dan truncus,bernafas dengan paru-paru dan kulit. Organ dalamnya tersiri atas jantung, hati, empedu, paru-paru, usus, kloaka, rektum, ureter atau gajih dan lambung (Brotowijoyo, 1995). Kepala katak sawah menyatu pada badan, lubang hidung, dan mata terletak pada bagian atas kepala. Katak mengalami metamorfosis dari insang dan paru-paru untuk bernapas di darat, selain itu kulit juga digunakan untuk bernapas. Beberapa katak hidup di air, oksigen diabsorbsi dengan menggunakan pundi-pundi kulit. Modifikasi pada kulit meningkatkan area permukaan respirasi (Halliday, 1994).
Masa berkembang biak katak jantan dapat dikenali melalui extrimitas posterior, yaitu pada medio ventral jari pertama terdapat penebalan kulit dengan hyperpigmentasi. Penebalan berguna untuk memegang hewan betina pada waktu meletakkan telur-telurnya dalam fertilisasi (Yatim, 1990).
Sistem pencernaan pada katak terdiri atas rongga mulut (cavum oris), faring, oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon, dan cloaca. Cavum oris ialah lebar. Bangunan-bangunan yang berada di dalam cavum oris ialah dentes dan lingua. Di dasar cavum oris sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior. Ujungnya berlekuk sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida. Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan mangsanya ke dalam mulut (Radiopoetro,1977).
Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan makanan yang terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan. Kerongkongan pada bangsa ikan dan amphibian lebih pendek daripada bangsa reptilian karena pada bangsa ikan dan amphibian tidak mempunyai leher (Kent,1983).
Sistem respirasi terdiri dari paru-paru, laring, glottis. Pertukaran gasnya terdapat di kulit dan paru-paru. Pembuluh darah adalah tempat masuknya oksigen dan keluarnya karbondioksida (Manter et al., 1959).
Mekanisme pernapasan meliputi dua fase,yaitu inspirasi atau menghisap udara ke dalam pulmo dan ekspirasi atau mengeluarkan udara dari pulmo,keduanya dilaksanakan dalam keadaan mulut tertutup. Pernapasan melalui kulit pada katak dapat berlangsung baik di darat maupun di air. Pada stadium larva pernapasan berlangsung melalui insang yang terbentuk dari perluasan epithelium pharynx (Radiopoetro,1977).
Saluran reproduksi betina pada katak, tiap oviduk merupakan suatu saluran sederhana berkelompok yang menjulur dari bagian anterior rongga tubuh ke kloaka. Oviduk mempunyai sel kelenjar yang mensekresi lapisan jeli di sekitar telur, dan bagian bawah melebar untuk penampungan telur sementara, tetapi selain itu oviduk tidak mengalami spesifikasi. Karena katak kawin di dalam air, maka fertilisasi terjadi di luar. Induk katak betina yang bunting namun tidak mendapatkan pejantan yang bersedia mengawininya biasanya akan menyerap kembali telurnya (Susanto,1994).
Menurut Radiopoetro (1977), katak betina memiliki sepasang ovaria yang besar, berupa kantong yang melipat-lipat, terdiri atas banyak lobi. Ovaria yang sudah masak menempati hampir seluruh bagian celom. Telur-telur katak ialah kecil, membulat, berpigment, dan diameternya ± 1,6 mm. Telur bersifat teloecithal. Telur-telurnya dikeluarkan ke dalam air dalam kelompok-kelompok.
Sistem otot rangka pada katak disebut sistem muskuluskeletal. Sistem tersebut terbagi menjadi :
1. Otot-otot pada bagian kepala, terdiri dari :
a. Muscullus submaxillaris dan muscullus submandibularis, serabut-serabutnya mengarah transversal.
b. Muscullus subhyoideus, bentuk seperti pita, transversal posterior dari muscullus submandibularis.
2. Otot-otot pectoral terdiri dari :
a. Muscullus deltoideus,terdiri dari :
- Muscullus pars episternalis,yaitu otot dengan ujung yang menyampit, menempel pada episentrum di bawah muscullus subhyoideus.
- Muscullus pars scapularis, ujungnya menempel pada scapula (tulang bahu).
b. Muscullus pectoralis,terdiri dari :
- Muscullus pars epicoracoidea,ujung menempel pada sternum dan menutupi muscullus coracoradialis.
- Muscullus pars sternalis,ujung pada sternum terdapat posterior dan muscullus pars epicoracoidea.
- Muscullus pars abdominalis,ujumg yang menempel pada dinding lateral dan muscullus rectus abdominis san ujumgnya menempel pada lengan atas.
- Muscullus coracoradialis, ujumg pada coracoid. Letaknya sebelah dorso-anterior pars epicoracoidea dan dorso-posterior dari pars episternalis.
3. Otot-otot daerah abdomen, terdiri dari :
a. Muscullus rectus abdominis, terdapat medio ventral tubuh, di tengahnya terdapat tendo atau urat berwarna putih yang disebut linea alba. Otot ini bersegmentasi karena adanya inscriptio tendinae yang berjumlah empat pasang.
b. Muscullus obliqus externus, serabut-serabut ototnya tersusun miring lateral dan ujungnya menempel pada muscullus rectus abdominis.si bawahnya terdapat muscullus obliqus internus di mana arah daripada serabut-serabut ototnya berlawanan dari arah muscullus di atasnya.
4. Otot-otot pada extrimitas posterior
a. Bagian femur dibangun oleh otot yang letaknya lateral ke medial,berturut-turut :
- Muscullus trisep femoris, otot besar letak paling lateral.
- Muscullus sartorius, otot pipih yang letaknya sebelah medial dari muscullus femoris.
- Muscullus adductor magnus, medial dari muscullus sartorius,dari luar tampak seperti kerucut.
- Muscullus gracillis mayor,otot-otot agak besar pada femur bagian medial.
- Muscullus gracillis minor,bentuk pita tipis.
b. Bagian crus, trdiri dari :
- Muscullus gastronimeus,besar bagian atasnya dilanjutkan nengan tendo achilism
- Muscullus tibialis anticus longus,otot-otot terdepan pada kaki bawah ujungnya melekat pada femur bagian distal dengan perantaraan suatu tendo yang panjang.
- Muscullus tibialis posticus, terletak antara muscullus gastronimeus dan muscullus tibialis anticus longus, ujumgnya melekat sepanjang tibiofibulla.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Katak Sawah termasuk ke dalam phylum chordata, subphylum vertebrata, class amphibia, ordo anura, familia ranidae dengan nama spesies Rana cancrivora.
2. Tubuh katak terdiri dari caput, trucus, cauda, extrimitas anterior, extrimitas posterior.
3. Katak Sawah (Rana cancrivora) merupakan hewan amphibia yang dapat hidup di dua habitat air dan darat, dengan menggunakan insang, paru-paru, dan kulit.
4. Katak tidak mempunyai cauda karena dapat menghalangi sewaktu melompat.
5. Fertilisasi pada katak termasuk fertilisasi eksternal.
6. Sistem pencernaan katak terdiri atas romgga mulut, kerongkongan, lambung, pankreas, usus, dan kloaka.
7. Sidtem oto rangka pada katak disebut sistem muskuluskeletal. Terdiri atas otot-otot bagian kepala, otot-otot daerah pectorial, otot-otot daerah abdomen, dan otot daerah pada extrimitas posterior.
DAFTAR REFERENSI
Brotowijoyo. 1995. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Claude A. Vilee, dkk. 1988. Zoologi Umum edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amico, Bandung.
Halliday, et al. 1994. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibian. Andromeda Oxford, Inggris.
Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.
Kent, George C.1983. Comparative Anatomy of the Vertebrata. C.V. Mosby Company St. Louis.
Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. PT Internusa, Jakarta.
Manter, H.W. dkk. 1959. Introduction to Zoology. Harper dan Row Publisher, New York.
Parker, T. J, and W. A. Haswell. 1951. A Text Book of Zoology II. Mac Millan and Co., Ltd., London.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tjiptrosoepomo, G. 1974. Makhluk Hidup II. Yayasan Usaha Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Walter, H, E & Sayles, L, P. 1959. Biology of The vertebrates. The Macmillan company, Floral Park, N. Y.
Yatim, W. 1990. Biologi Modern: Histologi. Tarsito, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar