Minggu, 03 April 2011

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
Acara praktikum : Mengatur kemasakan buah dengan menggunakan zat pengatur tumbuh.
Tujuan : Untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh yang mampu mempercepat kemasakan buah.



A. Pembahasan
Praktikum pemasakan buah kali ini menggunakan buah pisang sebagai objek untuk melihat pengaruh etilen dalam pemasakan buah. Konsentrasi etilen yang digunakan yaitu 0 ppm, 500 ppm, 700 ppm dan 900 ppm. Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat adanya perbedaan hasil waktu pemasakan buah antara larutan etilen dengan konsentrasi 0, 500, 700, dan 900 ppm. Hari pertama didapatkan hasil yang sama yaitu buah belum masak dengan ciri yang sama pula yaitu tekstur keras, warna hijau, dan tidak berbau, sedangkan buah masak pada hari yang berbeda yaitu 900 ppm pada hari ke-2, 700 ppm pada hari ke-2, dan 500 ppm pada hari ke-3, dan 0 ppm pada hari ke-4. Pisang yang masak menjadi lunak, berwarna kuning, dan berbau. Data hasil tersebut sesuai dengan referensi yang ada karena dengan pemberian etilen dengan konsentrasi yang berbeda menghasilkan efek yang berbeda pula (Abidin,1985). Jumlah etilen yang dibutuhkan untuk proses pematangan buah tidak selalu tetap akan tetapi berubah-ubah selama proses pematangan, jumlah etilen yang ada di dalam buah tetap sekitar 1,0 – 1,5 ppm sampai beberapa jam sebelum proses respirasinya meningkat. Segera setelah pernafasan meningkat dan mencapai puncak klimakterik, jumlah etilen meningkat menjadi 30 ppm (Miller, 1938).
Kemasakan atau pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma (Abidin, 1985). Proses pematangan buah pisang merupakan proses pengakumulasian gula dengan merombak pati menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tidak seperti buah pada umumnya yang mengakumulasi gula secara langsung dari pengiriman asimilat hasil fotosintesis di daun yang umumnya dikirim ke organ lain dalam bentuk sukrosa (Anderson dan Beardall, 1991).
Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu, dimana selama proses ini terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen. Proses ini ditandai dengan mulainya proses pematangan. Buah-buahan yang tidak mengalami periode tersebut digolongkan kedalam buah non-klimakterik. Buah yang digolongkan ke dalam buah klimakterik menunukkan adanya peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah, sedangkan buah non klimaterik tidak menghasilkan CO2 yang terus menerus meningkat, tetapi terus turun perlahan-lahan (Wilkins, 1969).
Menurut Nogge and Fritz (1989), berdasarkan kandungan amilumnya, buah dibedakan menjadi buah klimaterik dan buah nonklimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang banyak mengandung amilum, seperti pisang mangga, apel, alpokat dan dapat dipacu kematangannya dengan etilen. Etilen endogen yang dihasilkan oleh buah yang telah matang dengan sendirinya dapat memacu pematangan pada sekumpulan buah yang diperam. Buah non klimaterik adalah buah yang kandungan amilumnya sedikit, seperti jeruk, anggur, semangka dan nanas. Pemberian etilen pada buah ini dapat memacu laju respirasi, tetapi tidak memacu produksi etilen endogen dan pematangan buah.
Kecepatan pemasakan buah terjadi karena zat tumbuh mendorong pemecahan tepung dan penimbunan gula (Kusumo, 1990). Proses pemecahan tepung dan penimbunan gula tersebut merupakan proses pemasakan buah dimana ditandai dengan terjadinya perubahan warna, tekstur buah dan bau pada buah atau terjadinya pemasakan buah. Kebanyakan buah tanda kematangan pertama adalah hilangnya warna hijau. Kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laut berkurang. Saat terjadi klimaterik, klorofilase bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil. Penguraian hidrolitik klorofilase yang memecah klorofil menjadi bagian vital dan inti porfirin yang masih utuh, maka klorofilida yang bersangkutan tidak akan mengakibatkan perubahan warna. Bagian profirin pada molekul klorofil dapat mengalami oksidasi atau saturasi, sehingga warna akan hilang. Lunaknya buah disebabkan oleh adanya perombakan photopektin yang tidak larut. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis (Fantastico, 1986).
Proses pematangan buah meliputi dua proses yaitu :
1. Etilen mempengaruhi permeabilitas membran sehingga daya permeabilitas menjadi lebih besar
2. Kandungan protein meningkat karena etilen telah merangsang sintesis protein. Protein yang terbentuk terlibat dalam proses pematangan buah karena akan meningkatkan enzim yang menyebabkan respirasi klimakterik (Wereing dan Philips, 1970).
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian (Purba, 1996). Menurut Abidin (1985), etilen adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Etilen dalam keadaan normal akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Etilen yang berada di alam akan berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik.
Abidin (1985), menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membahas mekanisme kerja etilen, yaitu :
1. Jangka waktu yang diperlukan bagi etilen untuk menyelesaikan proses pematangan
2. Etilen mempunyai sifat-sifat yang sangat unik di dalam proses pematangan buah dan dalam bagian tanaman lainnya
3. Dalam konsentrasi yang sangat rendah dapat memberikan rangsangan pada aktivitas fisiologi
4. Sensitivitas jaringan tanaman terhadap etilen yang konsentrasinya sangat rendah yang bervariasi sesuai dengan umurnya.
Mekanisme kerja etilen dalam pemasakan buah yaitu dengan cara menambahkan etilen dari luar. Di antara sekian banyak perubahan yang disebabkan oleh etilen adalah perubahan permeabilitas membran sel sehingga mengakibatkan penghancuran klorofil ke dalam kloroplas oleh enzim. Dengan terombaknya klorofil pigmen dalam sel-sel buah tidak terlindungi sehingga buah menampakkan warna masaknya (Sumarjono, 1981).

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi etilen yang cepat untuk pemasakan buah adalah 900 ppm. Semakin tinggi konsentrasi etilen, semakin cepat proses pemasakan buah.

Daftar Referensi
Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.

Anderson J. W & J. Beardall, 1991. Molecular Activities of Plant Cell An Introduction to Plant Biochemistry, Oxford, Blackwell Scientific Publication : 384.

Fantastico. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV Yasaguna, Jakarta.

Miller, E.C. 1938. Plant Physiology. McGraw Hill Book Company Inc., New York

Nogge, G. R. and G. J. Fritz. 1989. Plant Physiology. Prentice Hall Inc, New Delhi.

Purba, M. 1996. Ilmu Kimia. Erlangga, Jakarta.

Soemarjono, H. 1981. Masalah Jenis Tanaman Buah. CV. Sinar Biru, Bogor

Wereing, D.F and I. D.J. Phillips. 1970. The Control of Growth and Differentation in Plants. Pergamon Press, New York.

Wilkins, M. B. 1969. Physiology of Plant Growth and Development. McGraw Hill Publishing Company Limited, England.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MySpace Layouts