Jumat, 18 Maret 2011

REFLEKS SPINAL PADA KATAK


HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Sistem saraf adalah suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel saraf atau neuron. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat yang meliputi otak dan batang spinal, dan sistem saraf perifer yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan trunkus simpatikus. Kedua sistem ini bekerja saling menunjang. Sistem saraf pusat berguna sebagai pusat koordinasi untuk aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan. Sedangkan sistem saraf perifer berfungsi memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon (Johnson, 1984).
Hasil percobaan refleks spinal pada katak setelah dilakukan perusakan otak menunjukan bahwa kaki katak dapat membalikan tubuhnya, kemudian jika kaki belakang dan kaki depan katak tersebut dipijat dengan pinset maka kakinya akan ditarik atau penanggapi respon, gerakan menarik kaki tersebut disebut reflek melarikan diri. Pemijatan lebih kuat pada kaki akan menyebabkan reflek menjalar ke kaki sebelah dan mungkin juga kaki depan. Gerak reflek juga terjadi ketika kaki katak tersebut dimasukan ke dalam larutan asam sulfat, gerak tersebut juga disebut reflek melarikan diri, kemudian terlihat pula gerakan menghapuskan asamnya yang disebut dengan reflek menghapuskan. Perusakkan ¼ dan ½ tulang belakang juga menghasilkan hasil yang positif, yaitu menunjukan kaki katak dapat membalikan tubuhnya, kemudian jika kaki belakang dan kaki depan katak tersebut dipijat dengan pinset maka kakinya akan ditarik kembali.pemijatan lebih kuat pada kaki katak juga akan menyebabakan refleks menjalar ke kaki sebelahnya dan mungkin juga kaki depan. Gerakan refleks terjadi ketika kaki katak tersebut dimasukan ke dalam larutan asam sulfat, gerak tersebut disebut gerak melarikan diri, kemudian terlihat gerakan menghapus asamnya.
Ketika kaki katak dicelupkan ke dalam larutan H2SO4, katak langsung menarik kakinya dan terlihat seperti melakukan gerakan menghapus larutan yang menempel di kaki, hal ini terjadi karena larutan H2SO4 memberikan rangsangan panas yang membakar kulit. Refleks yang diberikan katak saat perlakuan tersebut sesuai dengan pernyataan Ville et al. (1988), yaitu respon menarik kaki setelah dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 melibatkan sejumlah otot yang bekerja secara terpadu dan merupakan suatu refleks murni. Menurut Frandson (1992), katak akan menarik kakinya apabila diberi stimulus seperti masuknya rangsangan asam, misalnya H2SO4.
Perusakan ¾ bagian tulang belakang menunjukkan respon negatif pada gerakan membalikan tubuh, penarikan kaki belakang juga menunjukan hasil yang negatif sedangkan pada penarikan kaki depan dan pencelupan H2SO4 menunjukan respon positif. Pada perusakan seluruh tulang belakang menunjukan respon penarikan kaki belakang, sedangkan untuk gerakan membalikan tubuh, penarikan kaki depan dan pencelupan H2SO4 menunjukan respon yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa saraf-saraf yang berhubungan dengan saraf spinalis rusak semuanya sehingga tidak ada stimulus yang dapat direspon oleh katak. Menurut Pearce (1989), perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi. Menurut Trueb dan Duellman (1986), menyatakan bahwa perusakan ¼ dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang menyebabkan reflek spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk perusakan ½ dan ¾ sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah.
Refleks merupakan respon organ efektor atau kelenjar yang bersifat spontan atau otomatis. Menurut Walter dan Stayles (1990) yaitu refleks penarikan disebut juga respon, untuk melaksanakan hal tersebut terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut, stimulus dideteksi oleh reseptor kulit, hal ini mengawali implus-implus saraf pada neuron sensori yang berasal dari reseptor kulit menuju ke tali spinal melalui afektor. Implus ini memasuki tali spinal dan mengawali implus pada neuron motor yang sesuai dan bila impuls ini mencapai antara neuron motor dan otot maka dirangsang untuk kontraksi. Menurut Start dan Belmot (1991), refleks merupakan respon halus otomatis yang baku terhadap suatu rangsangan dan hanya tergantung pada hubungan anatomi dari hewan yang terlibat. Refleks yang divariasi telah ada sejak lahir, sedangkan refleks bersyarat diperoleh kemudian sebagai hasil dari pengalaman. Refleks merupakan sebagian kecil dari perilaku hewan tingkat tinggi, tetapi memegang peranan penting dalam perilaku hewan tingkat tinggi. Refleks biasanya menghasilkan respon jika bagian distal sumsum tulang belakang memiliki bagian yang lengkap dan mengisolasi ke bagian pusat yang lebih tinggi. Tetapi kekuatan dan jangka waktu menunjukan keadaan sifat involuntari yang meningkat bersama dengan waktu (Madhusoodanan, 2007).
Menurut Kimball (1988), rusaknya otak menyebabkan hubungan antara alat-alat vastibuler dengan sumsum tulang belakang hilang, sehingga katak tersebut tidak dapat membalikan tubuhnya ketika ditelentangkan, sedangkan refleks dari kaki depan dan belakang menunjukkan sistem saraf perifer yang mempengaruhi ekstrimitas masih bekerja. Reseptor menerima rangsang yang berupa rangsang mekanis (pijatan) lalu diubah menjadi potensial aksi, sehingga timbul respon. Demikian juga refleks kaki ketika dimasukan ke dalam H2SO4. Refleks pada eksterimitas dipengaruhi oleh sumsum tulang belakang dan bukan dari otak.
Menurut Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam sum-sum tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga berperan penting dalam memadukan gerak refleks. Mekanisme gerak refleks yaitu:
Stimulus reseptor neuro afferen



Respon efektor neuro medulla
efferent spinalis

Mekanisme gerak refleks pada katak menurut Storer (1970), yaitu:
1. Adanya reseptor rangsangan dari luar.
2. Induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang.
3. Adanya sinapsis.
4. Terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh efektor sebagai respon.
Sistem saraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi intrasel ditengahi oleh impuls saraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung-gelembung berjalan yang berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot seringkali di mediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (Romer, 1986). Menurut Gordon (1979), menyatakan bahwa sistem saraf vertebrata memiliki peranan vital, yaitu :
1. Menerima stimulus dari lingkungan luar dan mengkoordinir respon.
2. Mengatur agar kerja semua sistem dalam tubuh dapat bekeja sesuai fungsinya
3. Tempat ingatan dan kecerdasan, pada vertebrata tingkat tinggi.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain :
1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus
Rangsangan dari luar contohnya adalah derivat dari temperatur, kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal (Richard dan Gordan, 1989).
2. Berfungsinya sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988).




























KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Reflek spinal pada katak terjadi jika ada rangsangan baik berupa rangsangan mekanis maupun kimia.
2. Perusakan otak tidak mempengaruhi reflek spinal pada katak.
3. Kerja reflek spinal diatur oleh sumsum tulang belakang.

B. Saran

Untuk praktikum refleks spinal pada katak selanjutnya menyediakan larutan H2SO4 pada masing-masing kelompok.


































DAFTAR REFERENSI
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gordon, M. S. 1979. Animal Physiology. Mc Millan Publishing Co. Ltd, New York.

Johnson, D. R. 1984. Biology an Introduction. The Benjamin Cummings Publishing Co.Inc, New York.

Kimbal, J. W. 1988. Biologi II. Erlangga, Jakarta.

Madhusoodanan, M. G. P. 2007. Continence Issues in the Patient with Neurotrauma. Senior Consultant Surgery, Armed Forces Medical Services ‘M’ Block, Ministry of Defence, DHQ, New Delhi. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT) 2007, Vol. 4, No. 2, pp. 75-78.

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.

Richard, W.H dan Gordan. 1989. Animal Physiology. Harper-Collins Publisher. New York.

Romer. 1986. The Vertebrate Body. Saunders College Publishing, USA.

Start, C dan Belmont. 1991. Biology Concept and Aplication. California Publishing, California.

Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1970. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Trueb, L. A dan Duellman. 1986. Biology of Amphibians. Mc Graw Hill Company, New York.

Villee, C.A,W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1988. General Zoology. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Walter dan Stayles. 1990. Biology of the Vertebrates. The Mc Millan Company, New
I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Amphibia berasal dari kata “amphi” artinya rangkap dan “bios” artinya hidup. Jadi amphibia berarti hewan yang hidup dalam dua fase kehidupan, yaitu dari kehidupan air menuju kehidupan darat. Kedua fase strukturnya menunjukkan bahwa amphibi merupakan kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan air. Hewan yang dapat hidup di dua habitat yang berbeda, pasti akan menjumpai dua kelompok musuh, di air dan di darat. Tetapi di waktu yang sama hewan ini juga memiliki dua kesempatan untuk melarikan diri, air dan darat.
Cara hidup katak sangat berbeda dengan ikan. Hewan ini tidak hidup di dalam perairan dalam, tetapi menggunakan sebagian besar waktunya di darat. Sebagaimana halnya dengan jenis ikan, katak tidak mempunyai leher. Kulitnya lunak dan agak berlendir. Tidak mempunyai ekor, karena menghalang-halangi gerak meloncat.
Fungsi kulit pada katak yaitu untuk melindungi tubuh dari lingkungan luar dan sebagai alat pernafasan. Untuk terjadinya pernapasan melalui kulit, kulit katak dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir agar permukaan kulit selalu basah. Bentuk kelenjar kulit pada katak seperti piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melalui epidermis yang bermuara di permukaan kulit.
Katak sawah (Rana cancrivora) dipilih untuk mewakili kelas amphibia karena mudah didapat, ukuran besar, dan dapat menunjukkan banyak persamaan dalam bentuk dan fungsi dengan vertebrata tinggi termasuk manusia. Susunan tubuh mudah dipelajari, cara hidup sederhana, dan mudah dipelajari. Sebagian katak sawah hidup di sawah. Badan katak bisa tumbuh mencapai 10 cm, dan dapat dikenali dengan melihat bercak-bercak coklat pada punggung dari depan ke belakang. Daging yang berwarna putih akan tampak, jika kulit dibedah (Susanto, 1989).
B. Tujuan


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati anatomi tubuh katak sawah betina (Rana cancrivora ♀).































II. KERANGKA PEMIKIRAN



Amphibia merupakan hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang mula-mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva disebut berudu. Pada kedua fase ini struktur dan fungsinya menunujukkan sifat antara pisces dan reptilia serta menunjukkan bahwa amphibia merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dari kehidupan dalam air. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya : kaki, paru-paru, nares (nostril), yang mempunyai hubungan dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi baik dalam air maupun di darat (Jasin, 1989).
Katak sawah (Rana cancrivora) termasuk ordo Anura. Dalam ordo ini, amphibi pandai melompat. Kepala dan tubuhnya bersatu, tidak mempunyai leher dan juga tidak mempunyai ekor. Katak tidak mempunyai ekor, karena menghalang-halangi gerak meloncat. Anggota gerak depan lebih pendek dan kecil dibandingkan yang belakang. Jari-jarinya hanya ada empat buah. Jari-jari anggota belakang ada lima buah. Anggota gerak bagian belakang ini jauh lebih besar dan panjang. Otot pahanya besar dan kuat untuk meloncat. Untuk memudahkan berenang, di antara jari-jari kaki belakang terdapat selaput renang. Fertilisasinya eksternal. Larva ( berudu) dengan ekor dan sirip-sirip median. Metamorfosis nyata dan mencolok. (Mahardono,1980).
Menurut Parker and Haswell (1951), kulit katak banyak mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang kutanea magna dari arteri kutanea. Dengan demikian, kulit katak memegang bagian penting dalam pernapasan.
Katak bernapas dengan bebagai cara. Misalnya dengan kulit tipis dan lembab juga dengan selaput mulutnya, sehingga katak sering tampak memompa udara ke mulut, dengan menggerakkan rahang bawah. Cara lain dengan paru-paru. Paru-parunya mirip suatu percabangan usus belaka. Bentuknya panjang, tipis, dan meruncing ke ujung. Karena dari lubang hidung ada saluran yang langsung ke rongga mulut, maka katak sawah (Rana cancrivora) tidak mempunyai farink, tetapi langsung ke laring (Mahardono, 1980).
Kaki depan pendek dan kaki belakang panjang berguna untuk melompat. Katak termasuk hewan poikilothermis, dimana suhu katak dipengaruhi oleh lingkungan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan poros usus. Panjang usus relatif pendek , hal ini bersesuaian dengan makanannya yaitu serangga (Tjitrosoepomo, 1974).
Hampir semua amphibia berkembangbiak dalam air. Sebagian besar bersifat ovipar, fertilisasi terjadi di luar dan telur berkembang menjadi larva yang dapat berdiri sendiri. Fertilisasi katak termasuk fertilisasi eksternal. Katak sawah betina memiliki tubuh yang lebih besar dari kodok jantan. Katak menghasilkan ribuan atau ratusan telur yang memenuhi sebagian besar rongga tubuh (Claude,1988).



III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA



A. Alat


Alat–alat yang digunakan adalah bak preparat, gunting bedah, pinset, dan alat penunjuk preparat.


B. Bahan


Bahan yang digunakan adalah Katak Sawah (Rana cancrivora ♀), air kran, kloroform, formalin atau eter, dan tissue.


C. Cara Kerja


Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Katak yang masih hidup mula-mula dibius dengan kloroform atau dengan jarum penusuk.
2. Setelah mati lemas katak diletakkan dengan bagian dorsalnya pada bak preparat.
3. Pengguntingan dimulai dari medio-posterior ke arah anterior kemudian seluruh kulit ventral dilepaskan.
4. Selaput yang menahan organ dalam dengan dindimg tubuh sebelah dorsal (selaput meseterium) digunting dan dibiarkan melekat antara gastrum dan duodenum karena pada selaput ini melekat pankreas.
5. Katak yang telah dibedah diamati bagian-bagian organ dalamnya kemudian dicatat ,digambar, dan diberi keterangan.
B. Pembahasan


Klasifikasi Rana cancrivora menurut Radiopoetro (1988) adalah
Kimgdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Sub ordo : Diplasiocoela
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora
Pengamatan anatomi katak didapatkan hasil bahwa katak sawah (Rana cancrivora) termasuk dalam kelas amphibia dan ordo anura. Tubuh katak terbagi menjadi kepala (caput), badan (truncus), extrimitas anterior (kaki depan), extrimitas posterior (kaki belakang). Menurut Djuanda (1984), katak badannya lebar,mempunyai dua pasang anggota gerak. Anggota depan lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan yang belajkang, jari-jarimya hanya empat buah,sedangkan jari-jari anggota belakang ada lima buah. Anggota belakang lebih panjang dan memiliki otot paha yang besar dan kuat karena digunakan untuk meloncat. Untuk memudahkan berenang, diantara jari-jari bagian belakang terdapat selaput renang dan ujung bawah katak mempumyai lubang kloaka sebagai muara saluran pencernaan, saluran lemih dan saluran sperma.
Ciri-ciri umum dari katak sawah antara lain yaitu hidup di darat dan di air, kulitnya berlendir, tubuhnya terdiri atas caput dan truncus,bernafas dengan paru-paru dan kulit. Organ dalamnya tersiri atas jantung, hati, empedu, paru-paru, usus, kloaka, rektum, ureter atau gajih dan lambung (Brotowijoyo, 1995). Kepala katak sawah menyatu pada badan, lubang hidung, dan mata terletak pada bagian atas kepala. Katak mengalami metamorfosis dari insang dan paru-paru untuk bernapas di darat, selain itu kulit juga digunakan untuk bernapas. Beberapa katak hidup di air, oksigen diabsorbsi dengan menggunakan pundi-pundi kulit. Modifikasi pada kulit meningkatkan area permukaan respirasi (Halliday, 1994).
Masa berkembang biak katak jantan dapat dikenali melalui extrimitas posterior, yaitu pada medio ventral jari pertama terdapat penebalan kulit dengan hyperpigmentasi. Penebalan berguna untuk memegang hewan betina pada waktu meletakkan telur-telurnya dalam fertilisasi (Yatim, 1990).
Sistem pencernaan pada katak terdiri atas rongga mulut (cavum oris), faring, oesophagus, gastrum, duodenum, intestine, colon, dan cloaca. Cavum oris ialah lebar. Bangunan-bangunan yang berada di dalam cavum oris ialah dentes dan lingua. Di dasar cavum oris sebelah anterior berpangkal lingua dengan ujung yang bebas di sebelah posterior. Ujungnya berlekuk sehingga tampak bercabang dan oleh karena itu disebut bifida. Lingua dapat dijulurkan keluar dengan cepat yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan mangsanya ke dalam mulut (Radiopoetro,1977).
Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan makanan yang terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan. Kerongkongan pada bangsa ikan dan amphibian lebih pendek daripada bangsa reptilian karena pada bangsa ikan dan amphibian tidak mempunyai leher (Kent,1983).
Sistem respirasi terdiri dari paru-paru, laring, glottis. Pertukaran gasnya terdapat di kulit dan paru-paru. Pembuluh darah adalah tempat masuknya oksigen dan keluarnya karbondioksida (Manter et al., 1959).
Mekanisme pernapasan meliputi dua fase,yaitu inspirasi atau menghisap udara ke dalam pulmo dan ekspirasi atau mengeluarkan udara dari pulmo,keduanya dilaksanakan dalam keadaan mulut tertutup. Pernapasan melalui kulit pada katak dapat berlangsung baik di darat maupun di air. Pada stadium larva pernapasan berlangsung melalui insang yang terbentuk dari perluasan epithelium pharynx (Radiopoetro,1977).
Saluran reproduksi betina pada katak, tiap oviduk merupakan suatu saluran sederhana berkelompok yang menjulur dari bagian anterior rongga tubuh ke kloaka. Oviduk mempunyai sel kelenjar yang mensekresi lapisan jeli di sekitar telur, dan bagian bawah melebar untuk penampungan telur sementara, tetapi selain itu oviduk tidak mengalami spesifikasi. Karena katak kawin di dalam air, maka fertilisasi terjadi di luar. Induk katak betina yang bunting namun tidak mendapatkan pejantan yang bersedia mengawininya biasanya akan menyerap kembali telurnya (Susanto,1994).
Menurut Radiopoetro (1977), katak betina memiliki sepasang ovaria yang besar, berupa kantong yang melipat-lipat, terdiri atas banyak lobi. Ovaria yang sudah masak menempati hampir seluruh bagian celom. Telur-telur katak ialah kecil, membulat, berpigment, dan diameternya ± 1,6 mm. Telur bersifat teloecithal. Telur-telurnya dikeluarkan ke dalam air dalam kelompok-kelompok.
Sistem otot rangka pada katak disebut sistem muskuluskeletal. Sistem tersebut terbagi menjadi :
1. Otot-otot pada bagian kepala, terdiri dari :
a. Muscullus submaxillaris dan muscullus submandibularis, serabut-serabutnya mengarah transversal.
b. Muscullus subhyoideus, bentuk seperti pita, transversal posterior dari muscullus submandibularis.
2. Otot-otot pectoral terdiri dari :
a. Muscullus deltoideus,terdiri dari :
- Muscullus pars episternalis,yaitu otot dengan ujung yang menyampit, menempel pada episentrum di bawah muscullus subhyoideus.
- Muscullus pars scapularis, ujungnya menempel pada scapula (tulang bahu).
b. Muscullus pectoralis,terdiri dari :
- Muscullus pars epicoracoidea,ujung menempel pada sternum dan menutupi muscullus coracoradialis.
- Muscullus pars sternalis,ujung pada sternum terdapat posterior dan muscullus pars epicoracoidea.
- Muscullus pars abdominalis,ujumg yang menempel pada dinding lateral dan muscullus rectus abdominis san ujumgnya menempel pada lengan atas.
- Muscullus coracoradialis, ujumg pada coracoid. Letaknya sebelah dorso-anterior pars epicoracoidea dan dorso-posterior dari pars episternalis.

3. Otot-otot daerah abdomen, terdiri dari :
a. Muscullus rectus abdominis, terdapat medio ventral tubuh, di tengahnya terdapat tendo atau urat berwarna putih yang disebut linea alba. Otot ini bersegmentasi karena adanya inscriptio tendinae yang berjumlah empat pasang.
b. Muscullus obliqus externus, serabut-serabut ototnya tersusun miring lateral dan ujungnya menempel pada muscullus rectus abdominis.si bawahnya terdapat muscullus obliqus internus di mana arah daripada serabut-serabut ototnya berlawanan dari arah muscullus di atasnya.
4. Otot-otot pada extrimitas posterior
a. Bagian femur dibangun oleh otot yang letaknya lateral ke medial,berturut-turut :
- Muscullus trisep femoris, otot besar letak paling lateral.
- Muscullus sartorius, otot pipih yang letaknya sebelah medial dari muscullus femoris.
- Muscullus adductor magnus, medial dari muscullus sartorius,dari luar tampak seperti kerucut.
- Muscullus gracillis mayor,otot-otot agak besar pada femur bagian medial.
- Muscullus gracillis minor,bentuk pita tipis.
b. Bagian crus, trdiri dari :
- Muscullus gastronimeus,besar bagian atasnya dilanjutkan nengan tendo achilism
- Muscullus tibialis anticus longus,otot-otot terdepan pada kaki bawah ujungnya melekat pada femur bagian distal dengan perantaraan suatu tendo yang panjang.
- Muscullus tibialis posticus, terletak antara muscullus gastronimeus dan muscullus tibialis anticus longus, ujumgnya melekat sepanjang tibiofibulla.


















KESIMPULAN



Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Katak Sawah termasuk ke dalam phylum chordata, subphylum vertebrata, class amphibia, ordo anura, familia ranidae dengan nama spesies Rana cancrivora.
2. Tubuh katak terdiri dari caput, trucus, cauda, extrimitas anterior, extrimitas posterior.
3. Katak Sawah (Rana cancrivora) merupakan hewan amphibia yang dapat hidup di dua habitat air dan darat, dengan menggunakan insang, paru-paru, dan kulit.
4. Katak tidak mempunyai cauda karena dapat menghalangi sewaktu melompat.
5. Fertilisasi pada katak termasuk fertilisasi eksternal.
6. Sistem pencernaan katak terdiri atas romgga mulut, kerongkongan, lambung, pankreas, usus, dan kloaka.
7. Sidtem oto rangka pada katak disebut sistem muskuluskeletal. Terdiri atas otot-otot bagian kepala, otot-otot daerah pectorial, otot-otot daerah abdomen, dan otot daerah pada extrimitas posterior.






DAFTAR REFERENSI


Brotowijoyo. 1995. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Claude A. Vilee, dkk. 1988. Zoologi Umum edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amico, Bandung.

Halliday, et al. 1994. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibian. Andromeda Oxford, Inggris.

Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.

Kent, George C.1983. Comparative Anatomy of the Vertebrata. C.V. Mosby Company St. Louis.

Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. PT Internusa, Jakarta.
Manter, H.W. dkk. 1959. Introduction to Zoology. Harper dan Row Publisher, New York.

Parker, T. J, and W. A. Haswell. 1951. A Text Book of Zoology II. Mac Millan and Co., Ltd., London.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tjiptrosoepomo, G. 1974. Makhluk Hidup II. Yayasan Usaha Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Walter, H, E & Sayles, L, P. 1959. Biology of The vertebrates. The Macmillan company, Floral Park, N. Y.

Yatim, W. 1990. Biologi Modern: Histologi. Tarsito, Bandung.
I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Ikan marupakan organisme akuatik yang memiliki organ kompleks dan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Ikan termasuk hewan berdarah dingin artinya suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan srkitar. Ikan umumnya bernafas dengan insang, tetapi ada juga yang dilengkapi dengan labirin yang kerjanya seperti paru-paru.
Ikan terdapat di daerah laut dan daerah perikanan darat. Ikan dapat dibagi ke dalam tiga golongan yaitu ikan peliharaan, ikan buas, dan ikan liar. Salah satu jenis ikan peliharaan adalah Nilem (Osteochillus hasselti) dimana spesies ini banyak dikenal oleh masyarakat luasMorfologi antara ikan Nilem jantan dan betina mempunyai perbedaan. Ikan Nilem betina bentuknya membulat, kurang gesit, bagian operculum halus, perut mengembang ke arah samping dan ke arah lubang pelepasan serta mempunyai gonad yang berwarna kuning. Ikan Nilem jantan perutnya lebih ramping, lebih gesit bagian pipih kasar, perut mengembang, dan gonadnya berwarna putih susu.
Osteochillus hasselti digunakan untuk praktikum untuk mewakili class pisces. Osteochillus hasselti dipilih karena selain mudah didapat, juga murah harganya. Osteochillus hasselti mempunyai organ-organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga mudah diamati struktur tubuhnya.



B. Tujuan
Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mempelajari susunan anatomi tubuh ikan Nilem (Osteocillus hasselti ♀) baik bagian luar maupun dalam.





























II. KERANGKA PEMIKIRAN

Osteocillus hasselti adalah salah satu jenis ikan tawar yang dapat tumbuh dengan baik jika dipelihara di kolam atau sawah. Ikan nilem dapat hidup di daerah tinggi dan rendah yaitu pada ketinggian 200-700 meter. Makanan ikan ini berupa hewan-hewan kecil tetapi juga makanan lain seperti dedak dan ampas (Kirwanto, 1986).
Susunan tubuh ikan terdiri dari bagian luar dan bagian dalam. Susunan tubuh ikan bagian luar terdiri dari kepala, badan, ekor, mulut, cekung hidung, mata, tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip perut, sirip dada, sirip punggung, sirip belakang, dan sirip ekor. Sedangkan susunan tubuh bagian dalam adalah saluran pencernaan, gelembung renang, kelenjar pencernaan, insang, jantung, kelenjar kelamin, dan ginjal (Prawirohartono, 1989).
Mulut berahang, skeleton sebagian atau seluruhnya bertulang menulang. Kondrokranium (kranium tulng rawan) dilengkapi oleh tulang dermal tubuh membentuk tengkorak majemuk. Sisik bertipe sikloid yang berasal dari mesodermal. Saat stadium embrio ada 6 celah insang, untuk ikan dewasa biasanya tinggal 4 celah. Insang-insang itu tertutup oleh operkulum (Brotowidjoyo, 1993).
Kulit atau cutis terdiri atas corium atau dermis dan epidermis. Corium terdiri atas jaringan pengikat. Epidermis yang melapisinya dari sebelah luar ialah epithelium. Di antara cel-cel epithelium terdapat kelenjar unicelluler yang mengeluarkan lendir lendir ini menyebabkan kulit ikan menjadi licin. Dalam corium terdapat chromatophor-chromatophor ialah sel-sel yang mengandung butir-butir pigment, yang menentukan warna kulit (Radiopoetro, 1977).


III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat


Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk.

B. Bahan


Bahan yang digunakan adalah Ikan Nilem (Osteocillus hasselti ♀), air kran, dan tissue.

C. Cara Kerja


Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ikan Nilem dibius dengan kloroform atau dimatikan dengan jarum penusuk.
2. Ikan digunting mulai dari lubang depan anus, sepanjang garis medioventral tubuh ke arah depan depan sampai dekat sirip dada.
3. Bagian belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset, pengguntingan dilanjutkan dari anus ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan ke arah anterior sampai ke tutup insang.
4. Pengguntingan bagian kepala dilakukan pada tutup insang bagian dorsal dan ventral sampai ke ujung moncong.
5. Organ-organ dalamnya diamati dan digambar serta diberi keterangan.
6. Untuk Mengetahui otot-otot bagian ekor, maka ekor dipotong melintang dan kemudian diamati.
























B. Pembahasan
Klasifikasi Osteochillus hasselti menurut Brotowidjoyo (1993) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Osteochillus
Spesies : Osteochillus hasselti
Hasil pengamatan ikan Nilem didapatkan hasil bahwa tubuh ikan Nilem dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor). Batas caput mulai dari moncong sampai bagian belakang tutup insang, batas truncus mulai dari belakang tutup insang sampai anus, sedangkan batas cauda mulai dari anus sampai ujung sirip ekor. Bagian pernapasan terluar yang terdapat pada bagian kepala adalah insang dan empat potong tulang-tulang kecil yaitu operculum, preoperculum, interoperculum, dan suboperculum. Rongga insang terletak antara insang dan operculum, lubang insang berupa celah sempit yang melengkung antara gelang bahu dan operculum (Djuhanda, 1981).
Osteochillis haselti mempunyai tengkorang, vertebrata, penyokong sirip dan sisik dan kesemuanya dari tulang ikan. Ikan semacam ini hanya satu-satunya vertebrata yang mempunyai insang pada kedua pihak dari tubuhnya dan satu ruangan bersama yang tertutup oleh operculum tulang yang dapat bergerak. Gelang pectoral dihubungkan dengan tengkorak oleh rantai tulang. Selalu ada lubang udara.selaput tipis berpasangan didukung oleh jari-jari tulang yang memancar pada pangkal sirip. Sirp tidak mempunyai penonjolan lunak sirip-sirip ikan lain.pola tulang-tulang tengkorak dan sirip-sirip ikan lain. Pola tulang –tulang tengkorak dan sifat dasar sistem saraf dan saluran reproduksinya kelihatan nyata (Djuanda, 1983).
Ikan Nilem tergolong dalam phylum chordata karena mempunyai penyokong tubuh yang tersusun atas ruas-ruas tulang dari cranium, truncus, dan caudal. Ciri-ciri Ikan Nilem yaitu bentuk badannya agak memanjang oksigen yang terdapat dalam air berdifusi ke dalam sel-sel insang. Insang mengandung darah yang mengangkut oksigen dari insang ke jaringan sebelah dalam dari badan. Darah mengalir dari insang ke anyaman kapiler di bagian badan selebihnya, dan pertukaran bahan makanan terjadi dengan jaringan kemudian darah kembali ke jantung. Sistem tersebut telah tertutup karena terdapat di dalam pembuluh di seluruh peredaran (Kimball, 1991).
Alat pernafasan yang digunakan adalah insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lambab. Tiap lembar insang terdidri atas sepasang filament yang mangandung banyak lapisan Vesica metatoria (gelembung renang) berfungsi sebagai alat hydrostatis dengan menyesuaikan diri ke dalam air. Penyesuaian ini dilakukan dengan jalan mengeluarkan dan memasukkan (menyerap) gas-gas dari pembuluh darah. Pada ikan tertetipis (lamella). Pada filament terdapat pembuluh darah yang mempunyai banyak kapiler sehingga memungkinkan oksigen berdifusi masuk dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada insangf ikan bertulang sejati ditutupi oleh operculum (Milne, 1962).
Menurut Hildebrand (1995) ikan Nilem memiliki organ-organ pencernaan berupa intestine, hepar, dan vesica felea. Lien dan vesica felea terdapat disebelah dalam intestine, dan akan tampak setelah intestine direntangkan. Ductus choleoduchtus merupakan saluran pada empedu yang menghubungkan kantung empedu dengan usus melalui saluran empedu pendek. Menurut Storer and Usinger (1961), sistem pencernaan ikan terdiri dari : rahang ikan mempunyai banyak gigi kecil berbentuk kerucut untuk mengunyah makanan dan lidah kecil dalam di dasar rongga mulut membantu gerakan respirasi. Farink terdapat insang di sisi dan samping lalu ke esophagus pendek mengikuti hingga timbul lambung atau gastrum. Pyloric value terpisah belakang dari intestine. Tiga tubular pyloric caeca, fungsi mengabsorpsi, mengambil ke intestine. Tiga hati besar di dalam rongga tubuh dengan kantung empedu dan saluran ke intestine. Pankreasnya tidak jelas.
Hepar pisces terdiri dari dua lobi. Vesica felea dari hepar berjalan ductus hepaticus yang kemudian bersatu dengan ductus cysticus yang berjalan dari vesica fellea, dan menjadi ductus choledochus yang bermuara ke dalam duodenum (Radiopoetro, 1977).
Menurut Ville et al. (1964), pada sejumlah hewan laut dan hewan air tawar, telur dan sperma dilepaskan ke dalam air di sekitarnya dan fertilisasi terjadi di luar tubuh dan fertilisasi ini disebut fertilisasi eksternal. Ikan jantan terdapat testis yang panjang. Testis terletak ventral dari ren. Ujung caudal mulai vas defferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan.
Sistem urinaria atau eksresi pada ikan adalah ren yang terjadi dari mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan dan diri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari pangkal pinna analis (Radiopoetro, 1977).
Telinga ikan hanya terdiri dari telinga dalam berupa saluran-saluran semiskuler sebagai organ keseimbangan. Jantung berkembang baik, sirkulasi menyangkut aliran darah jantung melaluininsang ke seluruh bagian tubuh lain. Tipe ginjal ikan adalah pronepros dan mesonepros (Brotowijoyo,1995).
Menurut Radiopoetro (1977), Sistem genitalia pada ikan Nilem betina terdiri dari sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai rongga yang ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduct,yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Setelah umur satu tahun, Osteochillus hasselti biasanya telah dewasa. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur dilekatkan kepada tumbuh-tumbuhan yang ada di dalam air.
Sirip-sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), dan sirip dubur (anal fin) disebut sirip tunggal atau sirip tidak brpasangan. Macam-macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut. Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal sama besar dan sama bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor yang asimetris yaitu bentuk kebalikannya. Sirip ikan Nilem (Osteochillus hasselti) mempunyai bentuk bercagak, yaitu terdapat kekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar ventral (Kottelat et al., 1993).






















V. KESIMPULAN



Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tubuh ikan nilem terdiri atas caput, truncus dan cauda di mana antara caput dan truncus tidak ada batas yang jelas dan sebagai batas antara truncus dan ekor adalah anus. Ikan juga mempunyai indra ke enam yaitu gurat sisi (linea lateralis).
2. Ikan nilem termasuk hewan berdarah dingin, yang artinya suhu tubuhnya menyesuaikan dengan lingkungannya.
3. Ikan nilem mempunyai tipe cycloid yaitu mempunyai garis-garis melingkar dan radier serta di tengahnya terdapat kumpulan pigmen. Dari garis melingkar ini dapat diketahui umur ikan tersebut.
4. Fertilisasi pada ikan nilem adalah fertilisasi eksternal
5. Ikan Nilem memiliki sirip di bagian dada (pectoral fin), perut (abdominal fin), ekor (caudal fin), dubur (anal fin) dan punggung (dorsal fin).
6. Sistem pencernaannya terdiri atas lidah, hati, gastrum, intestine, pankreas, kantung empedu.
7. Sistem pernafasan ikan Nilem terdiri dari insang dan vesica metatoria (gelembung renang).
8. Sistem eksresi atau urinaria pada ikan Nilem terdiri dari ren, ureter, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis.
9. Sistem genitalia pada ikan Nilem betina terdiri atas sepasang ovaria yang panjang, oviduct, dan sinus urogenitalis.
DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda, T. 1981. Anatomi dari Empat Species Hewan vertebrata. Armico, Bandung.

Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure. John Willey and Sons, Inc, New York.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan. Sinar Jaya, Surabaya.
Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta.
Kirwanto, M. 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. KaryaBani, Jakarta.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Fresh
Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limiter, Jakarta

Prawirohartono. 1989. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Storer, I. Tracy; Usinger, Robert L. 1957. General of Zoology. Mc Graw Hill Book Company Inc. New York.

Ville, C. A., W. F. Walker,and Frederick E. S. 1964. General Zoology Second Edition. W. B. Saunders Company, Philadelphia and London.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mabouya multifasciata atau kadal adalah salah satu jenis reptilia yang hidup di darat. Kadal ini merupakan jenis kelompok kadal yang paling banyak di Afrika, kepulauan Indonesia, dan Australia. Jumlah spesies kadal ini melampaui jumlah familia reptil yang lainnya. Separuh atau lebih spesies terdapat di Asia Tenggara dan hanya kira-kira 50 spesies saja yang berada di belahan bumi barat.
Kadal adalah vertebrata dengan kulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atau papan-papan epidermal. Tengkorak biasanya sedikit tertekan lateral, dengan sebuah kondil oksipital. Sabuk-sabuk badan (girdle) tumbuh baik. Tubuh kadal terbagi menjadi tiga bagian,yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). Tubuh kadal ditutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat tanduk di permukaannya tanpa adanya kelenjar-kelenjar lendir.
Kadal bernafas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks dari amphibian. Ginjal kadal bertipe metanerfos. Fertilisasinya internal dan bersifat ovovivipar yang menghasilkan telur dengan banyak kuning telur. Telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduk (saluran telur) hewan betina. Saluran telur itu disebut uterus.
Mabouya multifasciata digunakan sebagai preparat praktikum untuk mewakili class reptilian. Praktikum ini menggunakan Mabouya multifasciata karena hewan ini tidak berbisa sehingga tidak berbahaya. Selain itu, hewan ini mempunyai struktur morfologi dan anatomi yang mudah diamati.

B. Tujuan


Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari dan mengamati susunan anatomi kadal (Mabouya multifasciata ♂) baik bagian luar maupun dalam.




















II. KERANGKA PEMIKIRAN



Hewan yang termasuk ordo squamata adalah kadal (Mabouya multifasciata). Hewan ini diduga masih nenek moyang Sphedom puntatum. Kulit kadal pada umumnya diliputi oleh lapisan squama epidermal yang bentuknya sudah menanduk, tetapi kadang-kadang di bagian bawah disokong oleh lamina derminalis yang menulang dan tulang pelepasannya hampir selalu berupa celah yang transversal. Mulut kadal sukar dibuka karena dibagian rahang bawah bersatu (Manter and Miller, 1959).
Kelebihan utama reptilia adalah perkembangan telurnya. Telur tersebut bercangkang dan berisi kuning telur. Telur ini dapat diletakkan di atas tanah tanpa kemungkinan kering (Kimball, 1991).
Fertilisasi kadal termasuk fertilisasi internal. Kadal bersifat ovovivipar dan menghasilkan telur dengan banyak kuning telur, dan telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduk hewan betina. Embrio dikelilingi oleh amnion, horion, dan alantois (Brotowidjoyo, 1993).
Kadal (Mabouya multifasciata) mempunyai karakteristik diantaranya, badannya tertutup oleh squama yang menanduk dan tidak berlendir, mempunyai dua pasang kaki dengan tiga digiti yang vascular, bernafas dengan pulmo dan fertilisasinya secara internal, serta mempunyai alat kopulasi berupa sepasang hemipenis (Radiopoetro, 1989). Penyesuaian diri menyangkut pola dasar pada kulit bahwa epidermis membentuk sisik-sisik tanduk sebagai pembungkus sempurna dari tubuh. Sambungan antara sisik dengan daerah kulit, dimana materi tanduk berbenuk tapis dan melipat-lipat (Djuhanda, 1982).
III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA



A. Alat


Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk.
B. Bahan


Bahan yang digunakan adalah Kadal (Mabouya multifasciata ♂), air kran, kloroform, formalin, dan tissue.

C. Cara Kerja


Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kadal dimasukkan ke larutan eter dan dibiarkan sampai mati lemas.
2. Setelah mati kadal dibedah. Pembedahan dimulai dengan pengguntingan di depan lubang kloaka ke sisi kiri dan kanan tubuh kemudian ke arah depan melewati kaki depan smpai ke tengah rahang atas.
3. Hemipenis kadal dapat diketahui dengan cara menekan pangkal ekor.
4. Bagian-bagian rongga mulut dapat diketahui dengan cara menggunting kedua sudut mulut lebar-lebar, rahang dibuka kemudian ditarik bagian atas dan bawah, maka bagian dalam akan kelihatan.
5. Bagian-bagian dalam tubuh reptil diamati dan digambar serta diberi keterangan gambar.


B. Pembahasan
Klasifikasi Mabouya multifasciata, menurut Djuhanda (1982) adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Lacertilia
Family : Scincidae
Genus : Mabouya

Spesies : Mabouya multifasciata
Mabouya multifasciata mempunyai ciri tubuh yang memanjang kurang dari 30 cm, tertekan lateral, berkaki empat dan dapat digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu engan anterior dan tulang pterigoid, berkontrak dengan tulang kuadrat. Sabuk pectoral berkembang baik dan memiliki mulut. Hewan ini juga mempunyai ekor yang digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari.(Brotowidjojo,1990).
Sistem respirasi pada Mabouya multifasciata sudah setingkat lebih tinggi, bila dibandingkan dengan respirasi pada Rana sp. Rana sp tidak mempunyai trakhea, sedangkan pada Mabouya multifasciata sudah mempunyai trakhea (Radiopoetro, 1989).
Jantung kadal terdiri atas sinus venosus, dua atrium, dan satu ventrikel terbagi oleh sekat yang belum sempurna. Darah bersih dan darah kotor bercampur di dalam ventrikel. Atrium kanan dan atrium kiri dipisahkan oleh septum atrium. Darah dari atrium dextra mengalir menuju paru-paru melalui vena pulmonalis. Darah ini banyak mengandung karbondioksida. Di dalam paru-paru darah mengikat oksigen dan mengalir kembali menuju atrium sinista melalui arteri pulmonalis. Kemudian darah mengalir menuju ventrikel dan di ventrikel darah dipompa menuju seluruh tubuh masuk dalam jaringan–jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh darah mengalir menuju jantung. Darah ini banyak mengandung karbondioksida. Peredaran darah seperti ini disebut peredaran darah ganda (Djuhanda, 1982).
Sistem peredaran darah pada kadal adalah peredaran ganda yang strukturnya hampir sempurna. Menurut Weichert (1984), pada reptil conusnya terbagi menjadi tiga saluran,yaitu :
- Truncus pulmonalis,yaitu conus yang mengarah ke paru-paru,
- Truncus sistemik kiri,
- Truncus sistemik kanan,yang keluarnya dari truncus sistemik kiri dan kanan mengarah ke peredaran darah umum atau seluruh tubuh.
Truncus sistemik yang sebelah kanan pada kadal cenderung berhubungan pada ventrikel kiri dan atrium kanannya berhubungan dengan ventrikel kiri,sehingga darah campuran akibatnya cenderung memasuki ke lengkung sistemik kiri dan darah yang mengangkut oksigen masuk ke dalam lengkung kanan. Hal ini mungkin disebabkan tidak adanya persamaan antara septum inter-atrial, septum inter-ventriculer, dan klep-klep di dalam conus. Sistem pencernaannya terdiri dari hepar, gastrum, lien, pankreas, duodenum, ductus choleodocus, rectum dan kloaka. Pada reptilia selain mempunyai kelenjar ludah, yang letaknya di dasar rongga mulut, dilengkapi juga kelenjar rongga mulut di depan antar lidah dan bagian depan dari rahim bawah. Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan makanan yang terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan, dinding kerongkongan sebagian besar strukturnya terdiri dari otot polos. Kadal mempunyai bentuk kerongkongan yang lebih panjang daripada bengsa ikan dan amphibi karena pada kadal sudah memiliki leher.
Intestinum (usus) adalah salah satu organ sistem pencernaan yang bentuknya mirip seperti selang atau saluran, mulai dari bagian pylorus sampai pada bagian kloaka atau anus. Pada bangsa vertebrata tingkat tinggi bentuk ususnya panjang dan berkelok-kelok. Pankreas terletak di bagian duodenum. Pancreas pada umumnya terdiri dari dua bagian : bagian eksokrin yang menghasilkan getah pankreas dan fungsinya untuk membantu dalam pencernaan makanan, kemudian bagian endokrin yang menghasilkan hormon insulin yang berfungsi untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. Pada kadal pankreas terdapat pada pertemuan antara lambung dengan duodenum (Orr, 1976).
Sistem urogenital kadal terdiri dari sepasang ginjal. Dari ginjal keluar ureter yang bermuara pada kloaka. Pada pangkal ureter terdapat vesica urinaria. Organ urogenital jantan terdiri dari sepasang testis, epididimis, vas defferens dan sepasang hemipenis. Hemipenis merupakan alat kopulasi yaitu untuk memasukan sperma dalam tubuh kadal betina. Oleh karena, kadal mempunyai alat kopulasi maka kadal mengadakan fertilisasi internal (Jasin, 1989).








V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadal badannya diliputi oleh sisik (squama) terutama pada bagian leher (collum) tampak jelas sekali, biasanya anggota badannya (extremitas) anterior dan posterior sama panjangnya.
2. Sistem genital jantan pada kadal (Mabouya multifasciata) terdiri dari testis, epidydimis, ginjal, vas defferens, ureter, hemipenis, dan vesica urinaria sedangkan pada betina adalah oviduct, uterus, ovarium, ginjal, ureter, dan vesica urinaria.
3. Sistem pencernaan pada kadal (Mabouya multifasciata) adalah lambung, hepar, ductus koleoductus, pankreas, intestin, vesica pelea, dan rectum.
4. Ciri-ciri kadal (Mabouya multifasciata) antara lain yaitu hidup di darat, tubuhnya ditutupi oleh sisik (bercarapace) atau kulit kering yang mananduk (kasar), memiliki ekor dan bernafas dengan paru-paru.
















DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, M. D. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Djuhanda. 1982. Anatomi Dari 4 Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.
Jasin. M. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.

Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Manter, H. W. and Miller, D. D. 1959. Introduction to Zoology. Harper and Row Publisher, New York.

Orr, T, Robert. 1976. Vertebrate Biology 4th Edition. WB. Sounders Company, Philadelphia.

Radiopoetro. 1989. Zoology. Erlangga, Jakarta.
Storer. 1978. General Zoology. Mc Graw-Hill, Inc, New York.
Weichert, Charles K. 1984. Element of Chordate Anatomy 4th Edition. McGraw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
ANATOMI BURUNG MERPATI
(Columba domestica ♂)



1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Aves merupakan vertebrata yang hidup di darat, memiliki bulu hampir di seluruh tubuhnya dan sayap yang berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal sehingga dapat digunakan untuk terbang. Selain itu, aves mempunyai kaki yang dapat digunakan untuk berjalan, bertengger maupun berenang (dengan selaput interdigital), tidak bergigi dan mempunyai paruh yang berbeda-beda sesuai jenis makanannya. Beberapa aves mempunyai daya tarik tersendiri bagi manusia. Banyak diantaranya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sehingga dibudidayakan untuk diambil telur, daging, keindahan bulu dan suaranya.
Columba domestica merupakan hewan berdarah panas dan mempunyai ciri khas yaitu tubuhnya terbungkus oleh bulu yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuhnya. Berkembang biak dengan ovipar atau bertelur. Columba domestica mampu mengenal habitatnya. Ketika burung ini dilepas maka ia akan kembali ke sarangnya.
Columba domestica kebanyakan hidup di pepohonan, beberapa diantaranya hidup di tanah dan species lainnya hidup di batu karang. Burung merpati merupakan hewan peliharaan yang hidup berkelompok dan umumnya membuat sarang yang sederhana. Telur dierami oleh induk betina dan induk jantan secara bergantian selama 2,5 minggu. Telur menetas menjadi anak burung dara. Pertumbuhannya cepat, setelah 2 minggu dapat terbang meninggalkan sarangnya.
Columba domestica diambil sebagai bahan praktikum karena mempunyai tubuh yang relatif besar sehingga mudah diamati. Harganya yang cukup murah dan mudah didapat juga menjadi pertimbangannya. Disamping itu, Columba domestica juga mempunyai organ-organ yang lengkap untuk mewakili class aves.

B. Tujuan


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari anatomi (Columba domestica ♂) baik dari luar maupun bagian dalam.

















II. KERANGKA PEMIKIRAN
Semua burung yang hidup sekarang ditempatkan dalam sekelas Neornithes. Berlawanan dengan subkelas yang ada, yang satu ini ditandai dengan bulu-bulu ekor yang tersusun seperti kipas pada ujung ekornya dan mempunyai sumbu tulang yang pendek. Tulang-tulang didalam taju berfusi satu sama lainnya, kotak otak, kaki dan tangannya pendek ( Hildebrand,1983).
Burung merpati merupakan hasil domestikasi dari Columba livia. Tubuh burung merpati terdiri atas caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), dan cauda (ekor). Ordo ini mempunyai ciri-ciri paruh pendek dan langsing dengan cora pada pangkalnya serta ingluvies besar (Radiopoetro,1977).
Burung mempunyai karakteristik tertentu yaitu seluruh tubuhnya ditutupi bulu, kecuali bagian crus yaitu daerah tarso metatarsus yang ditutupi sisik-sisik tanduk. Bulu merupakan hasil pertumbuhan epidermis yang berguna untuk mengisolasi panas tubuh terhadap keadaan sekitarnya, temperatur tubuh Columba domestica relatif stabil. Hal lain yang membedakan aves dengan vertebrata rendah lainnya yaitu temperatur tubuh, kemampuan untuk terbang, perkembangan suara, pendengaran, dan penglihatan serta cara memelihara telur dan anaknya (Djuhanda,1982).
Bulu pada Columba domestica (merpati) mempunyai struktur epidermis yang fleksibel, mengkilap dan tahan air. Beberapa tipe bulu dari penutup badan pada merpati adalah bulu luar dan bulu dalam atau bulu halus. Bulu luar adalah datar (kecuali untuk bulu yang halus, letaknya lebih rendah, yaitu pada dasarnya) dan bersama-sama dipegang oleh duri kecil (Alters, 1999).
Columba domestica memiliki pendukung tubuh yang berada pada kaki bagian belakang, dan sisa dari kaki bagian berubah menjadi bagian yang membantu untuk terbang. Sayap tersusun atas bulu-bulu yang banyak tergabung untuk menutupi lengan, sebagai konsekuensi dari kaki depan atau lengan yang termodifikasi tersebut dan dengan beban yang berat pada saat terbang maka tidak dapat digunakan untuk menahan atau memegang makanan. Merpati menghasilkan bahan-bahan yang bersifat fecal, untuk mengurangi berat beban pada saat terbang. Merpati tidak mempunyai tempat persediaan untuk menyimpan makanan yang sesuai sehingga dengan segera akan dikeluarkan (Walter, 1965).
Burung umumnya mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit sekali. Struktur tambahan dari kulit adalah bulu yang mengandung penandukan yang kuat sekali. Bagian bawah dari kaki dan jari ditutupi sisik tanduk seperti yang terdapat pada arcnousourium dan ini tidak pernah mengelupas. Paruh juga mengalami penandukan, bulu dimulai dengan jalan membentuk suatu penonjolan mesoderm yang dinamakan papilla dermis yang ditutupi eksoderm (Hildebrand, 1983).
Semua pencernaan pada burung terdiri dari lidah, oesophagus, tembolok, lambung, intestine, caecum, hati, pancreas, jejunum, ileum, rectum dan kloaka. Tembolok hanya terdapat pada aves. Tembolok ini berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan dan membasahi makanan karena terdapat kelenjar susu yang disebut pigeon milk (Storer and Usinger,1961).



III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, dan jarum penusuk.

B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah burung merpati (Columba domestica ♂), air kran, eter, dan tissue.

C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Burung merpati (Columba domestica) dibius dengan menggunakan larutan eter sampai mati lemas.
2. Sebelum pembedahan dilakukan, pertama-tama bulu-bulu pada daerah dada, perut, dan leher dibasahi kemudian dicabuti sebersih mungkin.
3. Pembedahan dimulai dengan melepaskan kulit yang membalut daerah dada, tembolok, dan leher terlebih dahulu. Di daerah tersebut terdapat otot yaitu carina sterni dan basii sterni. Pembedahan mula-mula dilakukan pada bagian sepanjang carina sterni dengan menggunakan pisau.
4. Pembedahan dilanjutkan pada daerah perut, pengguntingan dimulai dari depan kloaka menuju ke depan ke sebelah kiri dan kanan basi sternum, dengan memotong rusuk-rusuk sampai ke tulang furcula.
5. Untuk mengamati sistem pencernaan lebih sempurna, dilakukan dengan melepaskan organ-organ dari rongga perut yaitu dengan menggunting ujung dari lambung bagian anterior dan pangkal dari rectum.
6. Semua organ-organnya diamati dan digambar kemudian diberi keterangan.




















B. Pembahasan
Hasil pengamatan anatomi burung Merpati (Columba domestica ♂) didapatkan hasil bahwa tubuh merpati terdiri atas kepala (caput), anggota badan (extrimitas/truncus), leher (cervix) dan ekor (cauda). Daerah kepala terdiri dari paruh, nares externa, mata, membran nictitans dan lubang telinga luar. Daerah anggota badan bagian depan berupa sayap yang seluruhnya ditutupi oleh bulu, sedangkan kakinya hanya pada paha dan betis saja, bagian crus yaitu daerah tarso metatarsus ditutupi oleh sisik tanduk. Daerah ekor terdapat kloaka yang berfungsi sebagai tempat keluarnya feses, urin, dan sel-sel kelamin jantan maupun telur pada hewan betinanya.
Menurut Jasin (1989), klasifikasi dari Columba domestica adalah sebagai berikut:
Divisio : Carinatae
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Subclass : Neornithes
Ordo : Columbiformes
Familia : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba domestica
Pergerakan tubuh Columba domestica terutama digerakan oleh kaki dan sayap, juga dibantu oleh bagian ekor. Pars vertebralis terdapat suatu tonjolan cauda dorsal yang berguna untuk memperkuat dinding dada yang disebut procesus. Sistem otot pada tubuh Columba domestica pada dasarnya kaku, otot semata-mata tersusun atas otot kepala, otot leher dan otot anggota badan. Mesin untuk terbang merupakan otot yang besar yang terdapat di daerah dada. Musculus coraco branchialis adalah otot penggerak sayapnya (Moment, 1967).
Menurut Radiopoetro (1977), Bulu pada Aves berfungsi untuk terbang. Fungsi lainnya yaitu untuk melindungi badan terhadap cuaca yang tidak cocok. Oleh karena itu, bulu pada Aves mempunyai bentuk tersendiri dibandingkan dengan bulu-bulu pada Vertebrata lainnya.
1. Menurut susunan anatomisnya, bulu dapat dibedakan ke dalam:
a. Plumae. Plumae terdiri atas calamus, rachis, umbilicus inferior, umbilicus superior dan vexillum. Calamus yaitu tangkai bulu berbentuk memanjang dengan rongga di dalamnya. Pada pangkalnya ada lubang yang disebut umbilicus inferior, sedang bagian distalnya terdapat lubang yang disebut umbilicus superior di mana lubang ini ke arah rachis. Waktu bulu masih muda, kedua umbilicus tadi dilalui oleh pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan kepada bulu-bulu yang masih muda tadi. Vexillum dibentuk oleh rami, ialah suatu cabang lateral daripada rachis.
b. Plumae. Plumae terdapat pada burung yang masih muda, kadang-kadang terdapat juga pada burung yang sedang mengerami telurnya.
c. Filoplumae. Filoplumae fungsinya belum jelas. Tumbuh di seluruh tubuh tetapi jaraknya sangat jarang.
2. Menurut letaknya, bulu-bulu dapat digolongkan ke dalam :
a. Remiges, yaitu bulu-bulu yang terdapat pada sayap. Di sini vexillum ialah asymetris, berguna untuk terbang.
b. Rectrices, yaitu bulu-bulu yang terdapat pada daerah ekor, vexillum ialah symetris.
c. Tectrices, yaitu bulu-bulu lainnya yang menutupi badan.
d. Parapterium, yaitu bulu-bulu yang terdapat di daerah bahu antara badan dan sayap.
e. Ala spuria, yaitu bulu-bulu kecil yang melekat pada jari ke-2 dari extrimitas superior.
3. Menurut umurnya, bulu dibagi ke dalam : Neoptyle dan Teleoptyle. Neoptyle setelah gugur diganti oleh Teleoptyle.
Bentuk paruh burung beraneka ragam sesuai dengan jenis makanan dan habitatnya. Burung mempunyai alat indra yang yang baik, matanya memiliki kelopak mata atas dan kelopak mata bawah yang dapat membuka dan menutup. Burung juga mempunyai selaput yang tembus cahaya yang terdapat pada sudut muka dari mata dan dapat bergerak dari muka ke belakang. Selaput tersebut disebut membrana nicitans (Djuhanda, 1982).
Sistem pencernaan pada Columba domestica terdiri dari mulut, oesophagus, empedal, usus halus, usus besar, rectum dan kloaka. Menurut Jasin (1989), truncus digestivus dari Columba domestica terdiri dari cavum oris, dilanjutkan ke faring yang pendek, kemudian oesophagus yang panjang dan terjadi perluasan disebut crop, yaitu tempat sementara, dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian yang halus dan terakhir adalh rectum dan kloaka.
Mekanisme pernapasan pada burung ada dua yaitu pernapasan waktu istirahat dan waktu terbang. Fase istirahat dilakukan oleh pars sternalis costae dan pars vertebralis costae, keduanya dihubungkan oleh suatu persendian sehingga dapat digerakkan. Pernapasan waktu istirahat terjadi dalam dua fase yaitu fase inspiratiodan fase exparatio. Fase terbang yang sangat berfungsi adalah saccus interclavicularis dan saccus axillaries. Apabila sayap diturunkan saccus axillaris terjepit, sehingga saccus interclavicularis menjadi longgar dan sebaliknya (Radiopoetro, 1977).
Sistem pernapasan burung merpati dimulai ketika udara dihisap ke dalam sepasang rongga hidung atau nares. Rongga hidung ini dipisahkan dari rongga mulut ke langit-langit keras. Hewan dapat bernapas walaupun makanan berada dalam mulut. Udara selanjutnya melalui choane dan faring, lalu masuk ke dalam laring yang dalam keadaan terbuka. Epiglottis menekuk ke belakang jika dinaikkan (Villee et al., 1988).
Sistem respirasi pada Columba domestica terdiri atas trakhea yang melanjut sebagai dua buah bronchi pada syrinx (alat suara). Paru-paru dilengkapi dengan kantung-kantung udara (ada sembilan buah, empat berpasangan dan satu median). Fase aktif respirasi itu adalah ekspirasi dan fase inspirasinya yaitu inhalasi (Brotowidjoyo, 1993).
Ginjal merupakan salah satu alat ekskresi pada merpati. Ginjal terletak sebelah dorsal dari selom di kedua sisi aorta. Ginjal pada semua vertebrata terdiri atas unit-unit yang disebut tubulus ginjal atau nefron yang ujungnya buntu dan menerima filtrat dari darah (Villee et al.,1988).
Menurut Kastowo (1979), saluran keluar pada merpati mengarah ke posterior yaitu ureter yang bermuara ke vesica urinaria. Langkah pertama dalam pembentukan urin adalah penyaringan atau filtrasi. Sisa-sisa dan materi lain dibawa ke aliran darah oleh arteria renalis dan arteriola ke glomerulus. Langkah kedua yaitu penghisapan differensial oleh sel-sel tubulus convoluted proximal dan loop of handle serta tubulus convoluted distalis.
Menurut Radiopoetro (1977), perkembangbiakan aves bersifat ovipar yaitu bertelur. Organ genitalia pada Aves jantan terdiri dari:
1. Sepasang testis, bentuk oval, terletak sebelah ventral dari lobus renis yang paling cranial.
2. Sepasang epididymides, kecil, terletak pada sisi dorsal testis. Berupa suatu saluran yang dilalui oleh spermatozoa dalam perjalannya menuju ke ductus deferens.
3. Sepasang ductus deferentes. Pada hewan muda terlihat lurus pad hewan yang sudah tua kelihatan berkelok-kelok. Berjalan ke caudal menyilangi ureter, kemudian bermuara pada cloaca pada sebelah lateral.
4. Mesorchium : ialah alat penggantung testis. Berjumlah sepasang, merupakan lipatan dari peritoneum.
Proctodea (bagian cloaca yang paling ujung caudal) dari kedua jenis burung ditempelkan kuat-kuat pada waktu kopulasi, sehingga sperma yang keluar pada saat ejaculation langsung masuk ke dalam proctodeum yang betina, untuk kemudian menuju ke oviduct.





V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan:
1. Merpati (Columba domestica) termasuk class Aves dan ordo Columbiformes, tubuhnya terdiri atas caput (kepala), leher (cervix), badan (truncus), ekor (cauda).
2. Burung merpati (Columba domestica) merupakan hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan ovipar atau bertelur.
3. Mekanisme pernapasan merpati ada dua yaitu pernapasan waktu istirahat dan pernapasan waktu terbang.
4. Sistem pencernaan pada Columba domestica terdiri dari mulut, oesophagus, empedal, usus halus, usus besar, rectum dan kloaka.
5. Sistem urinaria pada merpati terdiri atas : ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra
6. Sistem genitalia jantan pada merpati terdiri atas : testis, epididimis dan ductus deferens.
7. Bulu pada Columba domestca berdasarkan susunan anatomisnya terdiri atas : Plumae, Plumulae, dan Filoplumae. Berdasarkan letaknya terdiri atas : Remiges, Rectrices, Tectrices, Parapterium, dan Ala spuria. Menurut umurnya terdiri atas : Neoptyle dan Teleoptyle.




DAFTAR REFERENSI
Alters, Sandra. 1999. Biology. Jones and Braflet Publiser, Boston USA.
Brotowidjoyo, D.M. 1993. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amrico, Bandung.

Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata I. Amrico, Bandung.

Hildebrand, M. 1983. Analisis Vertebrae Structure. John Wiley and Son, Inc, New York.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata . Sinar Wijaya, Surabaya.

Moment, Gairduer B. 1967. General Zoology. Houghton Mifflin Company,
Boston USA.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Storer, and Usinger. 1961. Elemen of Zoology. McGraw-Hill Book Company Inc., London.

Villee, Walker, Barnes. 1988. General Zoology 6th Edition. W. B. Saunders Company, London.

Walter, H. 1965. Biology of Vertebrate. The Mac Millan Company, New York.
ANATOMI MARMUT
(Cavia porcellus ♂)



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mamalia merupakan kelompok hewan yang menduduki peringkat tertinggi dalam dunia hewan. Hewan vertebrata ini memiliki kelenjar mamae yang menghasilkan air susu yang diberikan kepada anaknya yang baru lahir. Hampir seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut, memiliki kelenjar minyak dan bau untuk memikat lawan jenisnya, dan mempunyai daun telinga. Umumnya mamalia melahirkan anaknya (vivipar). Mamalia memiliki kemampuan termoregulasi internal yaitu kemampuan untuk mengontrol temperatur tubuh.
Cavia porcellus merupakan hewan dari kelas mamalia yang berdarah panas (homoiterm). Suhu tubuhnya tetap, tidak terpengaruh oleh lingkungannya. Mamalia sendiri dari bahasa latin yaitu mammae. Mammae berarti buah dada, sehingga setiap hewan kelas ini mempunyai kelenjar susu. Kelenjar susu akan berkembang dan fungsi sekresinya meningkat pada hewan betina dewasa. Semua susu dikeluarkan dari kelenjar yang ada di glandula mammae. Kulit yang menutupi mamalia terdiri atas dua lapisan yaitu corium (di sebelah dalam) dan epidermis (di sebelah luar).
Cavia porcellus mempunyai sifat yang spesifik yaitu mempunyai ekor yang menonjol, pada waktu lahir Cavia porcellus mirip Cavia porcellus dewasa karena sudah berambut dan matanya sudah terbuka. Cavia porcellus merupakan hewan pengerat, makanannya tumbuh-tumbuhan dan mempunyai gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk pemotong dan mengerat. Ciri lain yang membedakan dengan hewan lain adalah pada jantung mamalia dewasa mempunyai dua ventikel yang berfungsi untuk memompa darah, dengan dinding yang sangat tebal dan dua atrium. Cavia porcellus menarik lawan jenisnya dengan cara menyebarkan kelenjar bau yang terdapat pada lekuk pirenium yang letaknya posterior dari penis atau vulva, peristiwa ini disebut hedonik.
Cavia porcellus digunakan untuk praktikum untuk mewakili class mamalia. Cavia porcellus dipilih karena selain mudah didapat, juga tidak berbahaya. Cavia porcellus mempunyai organ-organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga mudah diamati struktur tubuhnya.


B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mempelajari dan mengamati susunan anatomi (Cavia porcellus ♂) baik bagian luar maupun dalam.

















III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk.


B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah marmut jantan (Cavia porcellus ♂), air kran, formalin, dan tissue.


C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Marmut dibius dengan menggunakan larutan formalin sampai mati lemas.
2. Sebelum pembedahan dilakukan, rambut pada bagian ventral dibasahi dulu supaya pada waktu dibedah rambut-rambut tidak beterbangan dan mengotori.
3. Kulit dipotong dengan gunting mulai dari posterior di muka penis atau clitoris menuju anterior mengikuti garis medio ventral badan sampai di ujung mandibula.
4. Kulit dibuka kesamping sampai kelihatan otot-otot daerah abdomen dan thorax.
5. Selaput-selaput yang tidak diperlukan dipotong supaya struktur-struktur yang akan diamati tampak jelas dan pendarahan sedapat mungkin dihindari agar tidak terganggu.
6. Pembedahan daerah abdomen dimulai dari daerah inguinal menuju anterior sampai xiphisternum mengikuti garis median badan, kemudian dilanjutkan ke lateral menyusuri difragma, sehingga otot-otot pada bagian abdomen dapat dikuakkan dan organ-organ yang ada pada rongga abdomen dapat dilihat dengan jelas.
7. Pembedahan daerah thorax dilakukan dengan memotong rusuk-rusuk di kiri sternum pada bagian anterior dekat pangkal leher (sampai rusuk pertama), kemudian dilanjutkan ke lateral pada bagian anterior sampai daerah ketiak (aksiler), sedangkan sebelah posterior digunting lateral menyusuri diafragma.
8. Setelah pembedahan selesai, semua organ diamati terlebih dahulu tanpa mengubah tempat masing-masing.
9. Setelah memperhatikan viscera insitu, saluran pencernaan makanan direntangkan dengan hati-hati, kemudian dipelajari dan disesuaikan dengan gaambar yang ada didiktat serta diberi keterangan.














II. KERANGKA PEMIKIRAN
Mamalia merupakan kelas tertinggi dalam dunia hewan. Tubuh mamalia hampir seluruhnya ditutupi oleh rambut dan berdarah panas. Mamalia dapat hidup di berbagai habitat, bentuk tubuh mamalia bermacam-macam dan dapat dibagi menjadi caput, cervix dan truncus (Marter, 1989).
Mamalia diduga berasal dari reptil sinadom (periode triassik) yang giginya berdiferensiasi. Mamalia berespirasi melalui paru-paru yang mengandung banyak bagian kecil-kecil. Paru-paru berada di ruang pleural. Mamalia mempunyai dua fragmen muscular, pada larinknya terdapat pita suara, mempunyai jantung dengan empat ruang yang terbagi secara sempurna yaitu dua serambi dan dua bilik. Lubang genitalia dan anus terpisah, baik pada jantan maupun betina. Mamalia juga mempunyai organ intronitten. Mamalia merupakan hewan vivipar (Brotowijoyo, 1993).
Cavia porcellus merupakan hewan rodentia yang tidak berekor (rudiment) ,dan berjari-jari cakar (pentadactyl). Hewan ini mempunyai satu incisivus pada tiap bedah rahang, berbentuk padat, dan dapat tumbuh terus, tidak ada dentes canini, serta jumlah dentes premolars dan dentes molars ialah variabel. Lengan bawah dapat berpronasi dan bersupinasi (Radiopoetro, 1977).
Cavia porcellus memiliki jantung beruang empat, yakni dua atrium dan dua ventrikel dengan sekat pemisah yang sudah sempurna. Paru-paru hewan ini terdiri dari tujuh lobi. Hewan ini memiliki diafragma yang merupakan pembatas rongga dada dan perut (Kimball, 1991).
Reproduksi seksual melibatkan dua induk. Masing-masing induk menyumbangkan satu sel reproduktif khusus yaitu suatu gamet yang kemudian bergabung untuk membentuk telur terbuahi. Telur itu berbentuk kecil dan pertumbuhan embrio berlangsung di dalam uterus (Villee et al.,1988).
Menurut Sastrodinoto (1980), mammalia mempunyai dua ciri yang sama, yaitu mempunyai rambut dan menyusui anaknya. Susu ini dikeluarkan oleh kelenjar susu dalam kulit mammalia. Kelenjar susu yang menghasilkan susu hanya terdapat pada mammalia betina saja, sedangkan mammalia jantan susu tidak berfungsi.















B. Pembahasan
Pengamatan anatomi marmut (Cavia porcellus ♂) didapatkan hasil bahwa tubuh marmut terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus) dan ekor (cauda). Seluruh tubuh marmut ditutupi oleh rambut yang merupakan karakteristik mammalia. Daerah kepala terdiri atas rima oris (mulut), nares externa, mata dan telinga. Daerah anggota badan terbagi menjadi thorax (dada), extrimitas anterior (kaki depan) yang berjari empat digiti, abdomen (perut), dan extrimitas posterior (kaki belakang) berjari tiga digiti. Daerah ekor tumbuh rudimen. Menurut Radiopoetro (1977), tubuh marmut terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus), dan ekor (cauda). Marmut mempunyai ciri-ciri yaitu pentadactyl (jari-jari bercakar), satu dens incisivus pada tiap rahang berbentuk pahat dan tumbuh terus, tidak ada dentes canini, jumlah dentes premolars dan dentes molars variable, lengan bawah dapat pronasi dan subminasi. Bagian ekor tumbuh rudiment.
Rambut pada mamalia termasuk Cavia porcellus menutupi hampir seluruh tubuh kecuali telapak kaki, kuku, glands penis, hubungan mukocutaneus dan puting susu pada beberapa spesies. Kuku bersifat lentur, menghasilkan bentuk keratin oleh folikel rambut. Folikel rambut terbentuk dari pertumbuhan ectoderm ke mesoderm embrio di bawahnya. Pertumbuhan ke bawah pada epitel terbentuk saluran dari sel-sel sekitarnya berdiferensiasi menjadi beberapa lapis atau selubung yang mengelilingi akar rambut (Dellman et al.,1992).
Tubuh mamalia dilindungi oleh rambut, kulit banyak mengandung bermacam-macam kelenjar, tengkorak mempunyai dua kondil oksipital, pada rahang tertanam gigi di dalam kantung gigi (alveolar) yang berbentuk dan besarnya berbeda-beda dalam satu individu (heterodon), kaki teradaptasi untuk berjalan, memanjat, menggali tanah, berenang atau terbang. Jantung beruang empat dengan sekat-sekat yang sempurna, lengkung aorta hanya satu yaitu pada sebelah kiri, paru-paru relatif besar dan kenyal terdapat di rongga dada. Antara rongga dada dan perut terdapat sekat rongga tubuh yang dinamakan difragma (Djuhanda, 1982). Pernapasan menggunakan pulmo, larink mempunyai tali suara, mempunyai difragma anticus sempurna yang memisahkan pulmo dan cor dengan rongga abdominalis (Jasin, 1989).
Klasifikasi marmut (Cavia porcellus ♂) menurut Storer and Usinger (1961) adalah:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Familia : Cavidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia porcellus
Sistem pencernaan Cavia porcellus terdiri dari rima oris, di dalam rima oris bermuara kelenjar saliva, diantaranya yang terbesar adalah glandula parotis. Gastrum mempunyai kelenjar yang menghasilkan HCL dan pepsin, gastrum terdiri dari tiga bagian yaitu : pars cardia, fundus dan pars pilorika. Intestinum terdiri dari : duodenum (berbentuk huruf U yang terdapat ductus pancreaticus dan glandula pancreaticus), jejunum, ileum, colon (ascendent, transversum, descendent, dan sigmoideum), rectum yang merupakan muara keluar melalui anus yang terletak terminal pada ujung caudal humerus. Selain pancreas, terdapat kelenjar pencernaan yang lain yaitu hepar. Hepar merupakan penghasil empedu yang di simpan dalam vesica felea (Radiopetro, 1977).
Sistem pernapasan Cavia porcellus terdiri dari trachea, broncus dan paru-paru. Trachea disokong oleh cincin-cincin rawan yang terbuka pada bagian dorsalnya, bekerja sebagai jalan napas. Pangkal dari trakhea berupa rongga yang disebut larink. Cabang dari trakhea adalah broncus, yang kemudian membentuk percabangan lagi disebut bronchioli. Paru-paru terdiri dari beberapa lobi, terdapat dalam rongga pleural , selaput yang membungkusnya disebut pleura (Djuhanda, 1980).
Tiga stadium peristiwa di dalam pernafasan yaitu:
1. Stadium externa, yaitu pengambilan oksigen atau pergantian dengan dunia disekeliling kita.
2. Stadium interna, yaitu pergantian diantara cairan badan dan sel-sel jaringan alat pernafasan.
3. Stadium pemakina, yaitu oksigen dalam sel-sel dan lepasnya karbon dioksida yang lebih nanyak diteliti dalam metabolisme.
Cavia porcellus memiliki sistem urogenitalia yang terdiri dari sistem ekskresi atau urinaria dan sitem genitalia. Menurut Villee et al. (1988), salah satu alat ekskresi pada mammalia adalah ginjal yang disebut metanefros. Jumlah nefron pada mamalia sangat besar, laju metabolisme yang tinggi menghasilkan limbah yang besar. Tubulus yang menghasilkan urin mengalir ke dalam ureter yang berkembang sebagai suatu pertumbuhan dari saluran arkinefrik. Urutan evolusi ginjal adalah holonefros, opistonefros dan metanefros. Dalam perkembangan embrio mammalia terdapat mesoderm nefrogenik (mesoderm ginjal) timbul di sebelah dorsal sepanjang embrio, tetapi hanya bagian paling belakang yang berkembang menjadi metanefros dewasa.
Sistem urinaria dibangun oleh sepasang ginjal yang berwarna merah tua, berbentuk seperti kacang, terletak di daerah lumbar sebelah dorsal dari rongga abdomen dan saluran pelepasan yang merupakan bagian medial ginjal berupa hilus tempat keluarnya urine. Kelanjutan dari ginjal adalah ureter saluran yang bermuara pada vesica urinaria yaitu tempat penampungan urine sementara. Akhirnya urin dikeluarkan melalui uretra (ductus urospermatika) keluar tubuh (Jasin, 1989).
Sistem genitalia Cavia porcellus jantan dibangun oleh sepasang testis yang bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididymis terdiri dari caput, corpus, cauda epididymis. Ductus deferens berupa saluran berjalan disebelah dorsal dari kantung urine dan bermuara pada ductus spermatikus yang terdapat pada batang penis (Storer and Usinger, 1961). Pada hewan betina, sepasang papilla mammae (muara glandula mammae) terletak diantara kaki belakangnya. Namun, pada hewan jantan, glandula mammae tidak melakukan sekresi. Bagian belakang penis terdapat lekuk pirenium yang merupakan lekukan yang dalam dan nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan tempat bermuara kelenjar bau yang digunakan sebagai tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis (Brotowidjoyo, 1993).


V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Cavia porcellus dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput, truncus, dan caudal.
2. Cavia porcellus mempunyai anggota badan bersifat pentadactyl, jari-jarinya mempunyai cakar dan memiliki satu dens incisivus pada tiap rahang dan dapat tumbuh terus .
3. Gigi marmut terdapat di dalam kantung gigi (alveolar) yang berbentuk dan besarnya berbeda-beda dalam satu individu (heterodon).
4. Sistem pencernaan makanan pada marmut terdiri atas saluran pencernaan makanan dan kelenjar pencernaan.
5. Sistem pernapasan marmut terdiri dari trachea, broncus dan paru-paru.
6. Sistem urinaria pada marmut terdiri dari sepasang ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra.
7. Sistem genitalia marmut jantan dibangun oleh sepasang testis, epididymis, dan ductrus deferens.






DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Dellman, H. D. and Ester, M. B. 1992. Buku teks Histologi Veteriner. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 1. Armico, Bandung.

. 1980. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.

Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.

Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Marter, H. W. 1989. Introduction of Zoology. Harpen and Row Publishers, New York.

Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Sastrodinoto. 1980. Biologi Umum. Gramedia, Jakarta.
Storer, and Usinger. 1961. Elemen of Zoology. McGraw-Hill Book Company, Inc., London.

Villee, C. A, Walker, W. F, and Smith, F. E. 1988. General Zoology. W. B. Saunders Company, Phiadelphia.
MySpace Layouts